Waktu pertama kali mendengar kata Lofingkalangua, seketika pikiran saya langsung tertuju pada seekor hewan kaki seribu, yang oleh masyarakat Bungku sering menyebutnya “kalauma”. Sepintas memang penyebutan keduanya hampir terdengar mirip bagi kebanyakan orang. Namun, keduanya jelas merupakan dua hal yang berbeda satu sama lain. Lofingkalangua bukan kaki seribu, ya!
Lofingkalangua merupakan salah satu lokasi wisata air terjun yang terletak di Desa Sakita, Kecamatan Bungku Tengah. Spot wisata yang sangat-tampak-menakjubkan ini memang masih awam di telinga para traveler. Gaungnya sendiri baru mulai diperkenalkan oleh pemuda-pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Sakita beberapa bulan belakangan.
Jika kamu seorang wisatawan yang punya hobi mencicipi hal-hal menantang, tetapi mampu menyuguhkan kesan petualangan wisata yang seru, dan ditambah lagi bisa memperoleh pengalaman serta pengetahuan sejarah, air terjun Lofingkalangua adalah jawabannya. Kamu harus memasukkannya dalam daftar wajib tujuan wisatamu.
Biar kamu bisa sedikit lebih kenal sebelum ke sana, dari keterangan masyarakat sekitar, Lofingkalangua berasal dari Bahasa Bungku: lofi yang berarti kolam dan kalangua, manusia besar atau tinggi. Jadi, Lofingkalangua memiliki pengertian sebagai tempat kesukaan kalangua.
Air terjun Lofingkalangua tepat berada dalam Kawasan Benteng Fafolobani (salah satu peninggalan Kerajaan Bungku). Untuk menuju ke tempat ini, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 10 km dari Desa Sakita dengan menggunakan kendaraan roda dua. Akses untuk kendaraan roda empat belum ada.
Jalan yang digunakan untuk mencapai air terjun ini masih mengandalkan jalan tani. Saat ini akses jalan taninya pun baru memungkinkan buat pengendara hanya sampai di area Lofifita (salah satu area perkebunan terbesar di Desa Sakita).
Selanjutnya, kamu harus berjalan kaki kira-kira sejauh 6 km. Hmm… tenang. Jangan murung dulu. Disepanjang jalan yang menuju air terjun ini, lelahmu akan ditebus dengan persembahan hutan hujan tropis yang adem, udaranya segar, kicauan burung, pokoknya sangat memanjakan. Hutannya masih sangat terjaga kelestariannya dari tangan jahil manusia.
Kalau diperhatikan sekilas, Air Terjun Lofingkalangua memiliki bentuk yang hampir sama dengan Air Terjun Mempueno, bentuknya undakan-undakan. Namun, debit air dan lebar air terjun yang besar, ditambah lokasinya yang berdekatan dengan Benteng Fafolobani, membuat air terjun ini memiliki keunggulan tersendiri apabila dibandingkan dengan air terjun lainnya di Desa Sakita. Di sini juga terdapat spot permandian untuk dewasa dan juga anak-anak.
Bukan Cuma itu saja. Hal menarik lainnya yang bakalan kamu nikmati, terdapat Lofi Petea’a—merupakan lokasi terjadinya peperangan para pendahulu Suku Bungku. Sedikit informasi, peristiwa bersejarah tersebut telah menelan banyak korban dan menjadikan air sungai disekitarnya berwarna merah saking banyaknya korban yang berjatuhan. Makanya masyarakat menyebutnya Lofi Petea’a, lofi berarti kolam dan Petea’a yang berarti tempat berperang.
Karena jaraknya yang lumayan jauh, untuk alasan keamanan dan kenyamanan berwisata, saat hendak ke sana kamu disaranakan untuk memiliki pemandu lokal yang berasal dari Desa Sakita sendiri. Selain karena belum adanya akses dan rambu penunjuk jalan yang memadai, dengan bercengkrama langsung dengan penduduk Desa Sakita yang terkenal akan dialek Bungkunya yang khas akan sangat ampuh untuk tetap menumbuhkan semangat serta kekuatanmu dalam perjalanan.
Bagaimana? Kamu tertarik untuk mengunjunginya?
Discussion about this post