Soal potensi sumber daya alam, Morowali boleh saja jawara. Namun untuk urusan keindahan panorama alam, daerah ini masih kalah jauh dari kabupaten tetangganya. Pengelolaan dan pengembangan sejumlah destinasi wisata di daerah yang dijuluki sebagai kota tambang ini sangat amburadul sehingga tidak ada satupun objek wisata yang mampu bertahan lama. Viral, wisatawan datang, dan kemudian pergi saat ada yang baru, menyedihkan.
Sebagai seorang perantau, kepulangan ke kampung halaman selalu saya gunakan untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitaran Morowali. Kalau dulu saya sering berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, kepulangan saya pada momen IdulAdha lalu saya manfaatkan dengan menyambangi salah satu objek wisata di Desa Bete-bete, Kecamatan Bahodopi.
Namanya mungkin tidak familiar seperti Pasir Putih yang juga berlokasi di desa yang sama, namun suguhan keindahan alamnya tak kalah menarik dari objek wisata di Morowali yang lebih dulu tenar. Dengan air berwarna hijau berkilauan bak batu zamrud yang jarang terjamah tangan-tangan manusia, Danau Ololaro menawarkan eksotisme pemandangan alam yang aduhai.
Ololaro berasal dari bahasa Bungku, Olo; di bawah dan Laro; dalam sehingga secara harfiah danau ini memiliki arti dalam ke bawah. Jika masyarakat lokal mengenalnya sebagai Danau Undano dengan makna yang sama, masyarakat luar menyebutnya dengan nama Danau Ololaro.
Danau Ololaro bak mutiara tersembunyi di tengah hutan. Pantulan langit biru dan warna hijau dari terumbu karang serta hijau ranau pepohonan yang mengelilinginya menciptakan pesona alam yang begitu eksotis. Airnya jernih, tenang, dan nyaris tanpa ombak sehingga dasar danau dapat terlihat dengan jelas.
Merupakan danau air asin dengan kedalaman 5-10 meter. Tidak terlalu dalam pun tidak terlalu dangkal sehingga memungkinkan wisatawan dapat berenang bebas. Sensasi berenang paling asik adalah dengan melompat dari atas jembatan.
Sayang, terumbu karang di pinggiran danau ini habis tak tersisa. Terumbu karang yang terselamatkan berada di tempat yang agak lebih dalam. Kebiasaan masyarakat sekitar yang menangkap ikan dengan menggunakan bom menghancurkan terumbu karang laiknya kepingan-kepingan. Tak pelak, tak banyak ikan-ikan yang berenang bebas karena ekosistem terumbu karang tak lagi menyisakan kehidupan untuk mereka. Jika ingin melihat ikan-ikan, wisatawan harus berenang ke bagian tengah danau, tak jauh dari sebuah rumah kayu tak berpenghuni.
Tak sulit mengakses objek wisata ini. Mereka yang hendak berkunjung terlebih dahulu harus memarkirkan kendaraannya di dermaga Bete-bete kemudian memesan kapal pada warga setempat. Dengan tarif Rp 30.000, wisatawan akan diantar menyeberang ke tempat tujuan dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Jika ditempuh dari kota Bungku memakan waktu hampir 2 jam sedangkan mereka yang bermukim di Kecamatan Bahodopi dapat mengaksesnya dengan mudah. Tidak ada retribusi yang dibayar sebab objek wisata ini belum dikelola oleh Pemdes maupun Pemda setempat.
Tidak banyak fasilitas yang ditawarkan di spot wisata ini. Hanya ada jembatan dan satu gazebo yang konon dibuat oleh PT IMIP beberapa tahun lalu. Namun sayang kondisi jembatan sudah tidak layak pakai karena kayu-kayu penyusunnya telah lapuk dimakan waktu. Hanya bangunan gazebo saja yang terlihat masih baru dan bisa digunakan untuk melepas penat.
Hanya saja jika berniat menghabiskan waktu di tempat ini, wisatawan harus membawa sendiri bekal makanan dan minuman dari rumah sebab masyarakat sekitar belum menjual apapun. Tidak ada tour guide, tidak ada perahu untuk mengeksplore danau, pun tidak ada tempat penyewaan alat snorkeling sehingga pengunjung harus menyiapkan segalanya dari rumah. Dan hal ini nyatanya menjadi kelebihannya.
Selain karena pemandangan danaunya yang memukau mata, danau ini juga menyuguhkan pemandangan indah dengan suasana yang menenangkan sehingga sangat direkomendasikan bagi mereka yang mencari ketenangan dari hirup-pikuk sosial media maupun pekerjaan. Keindahan danaunya hanya dapat diabadikan dengan pandangan mata dan kamera gawai tanpa konektivitas jaringan. Live atau unggahan story hanya bisa dilakukan saat tiba di rumah.
Jadi, tunggu apa lagi. Siapkan ikanmu, jabu-jabumu, pakaian gantimu, dan datanglah ke Danau Ololaro untuk merasakan kesegaran airnya.
Discussion about this post