Populasi Masyarakat Desa Makarti Jaya saat ini berjumlah 1442 jiwa. Apabila setiap orang menghasilkan sampah 0,5 kg/hari, jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat adalah 721 kg/hari. Hasil perhitungan ini didapatkan dari simulasi dalam sebuah pelatihan pengelolaan sampah TPS-3R yang diadakan PT Hengjaya Mineralindo selama empat hari, 4-7 Agustus 2022.
Persoalan sampah kini menjadi momok di tengah-tangah Masyarakat Kecamatan Bahodopi. Selain meningkatnya jumlah penduduk akibat industri pertambangan, masyarakat selama ini belum memiliki wawasan atau keterampilan khusus untuk mengelola sampah.
Di Balai Desa Makarti Jaya, pelatihan pengelolaan sampah TPS-3R diikuti oleh bukan hanya masyarakat setempat, namun juga Masyarakat Desa Bete-Bete, termasuk Aparatur Desa. TPS-3R merupakan singkatan dari Tempat Pengelolaan Sementara-Reduce, Reuse, dan Recycle.
Reduce yaitu upaya mengurangi penggunaan sampah sebagai tahapan prioritas misalnya mengurangi penggunaan sampah plastik. Reuse yaitu upaya menggunakan ulang sampah yang masih layak terpakai misalnya botol minuman yang masih layak pakai. Lalu yang terakhir yaitu Recycle yang berarti daur ulang dimana sampah nantinya akan menghasilkan residu yang akan di bawa ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).
Langkah pertama adalah membagi sampah ke dalam tiga kelompok, yaitu sampah organik, unorganik, dan B3. Sampah organik dihasilkan oleh alam seperti sisa sayur-sayuran, batang pohon, dll. Sementara sampah anorganik merupakan sampah yang dihasilkan oleh proses pabrik di antaranya plastik, kerdus, kemasan berbagai minuman, dll. Lalu sampah B3 yaitu singkatan dari Bahan, Berbahaya dan Beracun misalnya oli, solar, pecahan botol, dll.
Setelah pengelompokkan sampah, mentor dalam pelatihan memberikan simulasi menghitung jumlah sampah yang dihasilkan setiap keluarga di Desa Makarti Jaya. Peserta pelatihan diminta membawa timbulan sampah dari masing-masing perwakilan keluarga dalam waktu 24 jam. Selanjutnya memisahkan sampah organik dan anorganik lalu menghitung volume sampah perharinya dengan persamaan panjang x lebar x tinggi.
Dari 13 perwakilan anggota keluarga dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 5 jiwa, diperoleh berat total sampah harian 32,6 kg/hari dimana setiap keluarga di Desa Makarti Jaya menghasilkan sampah rumah tangga rata-rata 2,5 kg/hari. Jika dikelompokkan, sampah organik menjadi sampah terbanyak yaitu 16,8 kg (52 %), kemudian sampah anorganik 15,6 kg (47 %), dan kelompok B3 0,2 kg (0,5 %).
Setelah menghitung timbulan sampah harian, peserta pelatihan diajak melihat langsung lahan tempat rencana pembangunan TPS-3R.
Rencananya total sampah yang dihasilkan akan dibawa ke TPS-3R untuk dipilah antara sampah organik, anorganik, dan B3 kemudian diolah menjadi barang bernilai ekonomi. Diperkirakan sampah yang akan masuk ke TPS-3R mencapai 3,6 meter kubik perhari, sehingga dalam satu bulan akan menghasilakan tumpukan sampah sebanyak 108 meter kubik.
Saat ini kepala Desa Makarti Jaya telah menyiapkan lahan seluas 5000 meter persegi sebagi tempat khusus pembangunan TPS-3R. Adapun sumber dana nantinya dalam manejemen TPS-3R berasal dari iuran warga, hasil penjualan produk olahan, dan dukungan donasi. Dengan catatan, proses pengangkutan dan pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik sehingga tidak ada lagi sampah yang menumpuk hingga berminggu-minggu di sekitar pemukiman.
Pada akhir kegiatan, para mentor menyimpulkan materi pelatihan yang telah diberikan selama 4 hari. Penekanan utamanya cenderung pada proses menejemen, di antaranya operasional dan pembiayaan. Sebab, tanpa adanya menejemen yang tepat maka TPS-3R berpotensi menjadi TPA, ditambah lagi akses menuju TPA yang disediakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) masih sangat jauh membutuhkan waktu tempuh 3-4 jam. Adapun TPA yang disediakan Desa Bahomakmur merupakan inisiatif pemerintah Desa, sehingga apabila desa lain ingin membuang sampah di TPA tersebut dikenakan biaya yang mahal.
Ketua Panitia dari PT Hengjaya Mineralindo, Rahmat mengungkapkan bahwa dalam usaha menjamin kebersihan lingkungan dibutuhkan orang-orang yang siap secara mental, prinsip, tidak takut kotor, dan bersedia menjadi relawan.
“Untuk mengelola sampah dibutuhkan orang-orang gila,” ujarnya.
Gerakan pengelolaan sampah adalah gerakan kesadaran apalagi masih berada pada tahap awal. Namun demikian, rencana pengelolaan ekonomi bisnis perlu disiapkan pula agar semua yang terlibat mendapat jaminan hidup layak.
Menghadapi permasalahan sampah tidak cukup hanya dilakukan oleh satu pihak, namun membutuhkan kerja sama antar pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah berkewajiban membuat kebijakan, kemudian swasta dan masyarakat mentaati aturan yang telah di buat. Di Kabupaten Morowali, pemerintah kabupaten belum memiliki kebijakan yang mengatur pengelolaan sampah. Tidak hanya itu, fasilitas pengelolaan seperti TPA masih sangat terbatas. Dengan demikan, wajar saja jika sejauh ini masyarakat dan swasta bertindak semaunya karena tidak ada sanksi tegas yang diberikan. Sebagai upaya menangani sampah maka segala sektor harus dapat bekerja sama.
Discussion about this post