Sebulan lalu, saya terima chat dari mama saya lewat salah satu media sosial paling populer yaitu WhatsApp yang isinya, “Nak, bikinkan mama Fesbuk”. Waktu itu, saya sama sekali tidak mengindahkan permintaan mama. Alasannya karena saya tidak ingin, video pelakor yang sering betebaran di media sosial itu akan jadi bahan gosip terlaris mama saya jika berkumpul dengan teman seusianya.
Ketakutan lainnya adalah, saya tidak ingin mama menjadi alayers di usia senjanya yang setiap momen harus diunggah ke media sosial. Beli ikan di pasar, cekrek. Memasak di dapur, cekrek. Lagi berduaan di kamar dengan papa, juga dicekrek (eh, yang ini mah privasi, hoho). No! Saya tidak ingin kebiasaan seperti itu harus menimpa mama saya.
Tapi dasar mama, tetap saja ia bersikeras minta agar dibuatkan akun Facebook. Dan demi menghindari predikat “anak durhaka”, saya tentu saja mengiyakannya. Apalagi memang sudah keluar ancaman akan menyetop beasiswa bulanan. Eee… kolaro (kasian).
Beberapa hari setelah akun itu dibuat, saya terhenyak saat buka wall facebook dan mendapati beberapa unggahan status mama. Sekilas memang, hal itu masih wajar karena mama hanya mengunggah foto dengan caption yang biasa-biasa saja. Hanya saja, mungkin waktu itu saya belum bisa beradaptasi dengan mama yang sudah mulai mengudara alias bermain media sosial.
Suatu ketika eman saya menimpali, “yah tauwa, bukanmi lagi kids jaman now, tapi mama milenial jaman now. Gaulnya, mamamu!”. Saya cuma terkekeh-kekeh dan melengak dengan dua istilah yang saya pun tidak tahu persis apa artinya.
Karena rasa penasaran yang akut, tentu saja saya langsung konsul ke om google.
Istilah “kids jaman now” atau “generasi micin” begitu populer di kalangan para meme-kreator, sampai pada masyarakat umum disegala usia. Hal ini mulai membumi diawal-awal tahun 2017. Dua istilah itu diperuntukkan bagi anak-anak yang bertingkah lucu (supaya tidak dibilang aneh). Bahkan ada pula yang sudah kelewat batas. Kemudian oleh beberapa orang dijadikan meme di media sosial. Hal yang paling lekat dengan kids jaman now adalah tingkah laku negatif mereka yang berani bertingkah selayaknya orang dewasa.
Beda dengan mama milenial jaman now. Istilah ini dialamatkan buat ibu-ibu atau mama-mama muda yang melek teknologi, dan pastinya juga eksis di media sosial.
***
Perkembangan teknologi dewasa ini memang banyak mempengaruhi kondisi sosial-budaya banyak orang. Tidak terkecuali juga menyerang para ibu-ibu. Hal yang paling lekat adalah penggunaan gawai untuk menunjang aktivitas sehari-hari para ibu-ibu, salah satunya belanja.
Saya ingat sekali waktu masih kecil dulu ketika akan dibelikan pakaian. Mama pasti akan ke pasar dan milah-milih pakaian mana yang cocok untuk saya kenakan. Mama akan memeriksa dengan detail untuk menghindari adanya sobekan pada pakaian. Kemudian, mengenakan kepada badan saya untuk melihat apakah pakaian tersebut pas atau tidak. Begitulah dulu mama saya, tidak kalah sama detektif.
Namun sekarang, mama hanya akan duduk-diam-manis di rumah sambil bermain ria dengan gawainya untuk mencari online shop. Bukan hanya itu, mama sekarang mulai memperhatikan penampilan dan merawat diri. Katanya sih cantik itu tak mengenal usia. Itu bermula dari unggahan teman FB mama yang menawarkan krim kecantikan dengan caption “kulit putih hanya dalam waktu dua minggu” sambil memperlihatkan testimoni dua tangannya sebelum dan sesudah mamakai produk. Yah, begitulah! Mama saya tertarik. Memang kini, mama memang tampak jauh lebih cantik dan awet muda. Serius. Hehehe.
Selain itu, bahan gosip mama juga ikut update (menurut saya, ini anti mainstream). Dulu, sehabis memasak dan beres-beres rumah, mama akan ke tetangga. Tujuannya tidak lain tidak bukan: susupo (red: gosip). Kalau sudah ngumpul, biasanya mama dan kelompoknya akan membicarakan tentang si A yang pintar dan kuliah di PTN terkenal atau berita yang ruang lingkupnya masih di sekitaran kampung.
Kalau sekarang bahan gossipnya sudah mengglobal. Bersama teman gengnya, mama akan susupo tentang si A yang disebut pelakor karena merebut suami dari si B atau berita tentang Lucinta Luna yang ternyata seorang transgender. Sungguh materi susupo yang sarat dengan pesan moral kehidupan-kematian. Ya, kan?
Memang harus diakui pula, bahwa kehadiran teknologi membuat perilaku mama milenial jaman now berubah. Terutama terkait statusnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Pilihan mereka lebih beragam, antara menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, wanita karier, atau sambil berwirausaha di rumah dan menyerahkan urusan rumah tangga kepada asisten rumah tangga.
Hal tersebut menjadikan mereka sebagai wanita yang serba instan bila dibandingkan dengan mama jaman old yang keseluruhan urusan rumah tangga dikerjakan sendiri. Selain itu, mama jaman old lebih banyak berdiam diri di rumah. Kalaupun mau ke rumah tetangga atau saudara itu jika memang ada keperluan.
Sedangkan mama milenial jaman now lebih sering menghabiskan waktu bersama teman seusianya di tempat kekinian dengan warna busana yang serba-serbi lagi mencolok. Live streaming atau ber-selfie ria untuk diunggah di akun media sosial masing-masing dengan caption, “mama muda anti pelakor”, eeh?! -__-
Mirisnya, kebiasaan unggah status di media sosial seperti ini bisa-bisa akan menyebabkan sebagian mama milenial jaman now sebagai pengguna yang tidak bijak. Jika dahulu sebuah permasalahan akan diselesaikan secara kekeluargaan, maka sekarang sudah berubah dengan SOP yang berganti pula, “update dulu baru diselesaikan”. Pokoknya apa-apa diumbar dulu. Urusan dibicarakan baik-baik, itu perkara belakangan.
Sering kali juga dijumpai di media sosial status-status bertebaran dengan caption panjang yang berisikan amarah atau luapan kekesalan. Mulai dari ketidaksukaan si A sama si B karena terlibat dalam bisnis yang sama, si C yang marah karena si D tidak membayar hutang, atau hal-hal kecil seperti si B yang merasa jika si D kebanyakan gaya. Ketidaksukaan atau berbagai masalah kepada seseorang diluapkan dengan status yang nantinya akan dibaca banyak orang, daripada memilih jalur face to face untuk menyelesaikannya.
Kita tidak bisa melawan perubahan, namun kita bisa menjadi pengguna yang bijak: bijak berpikir, bijak bertindak, dan bijak berstatus. Maka dari itu, hei mama milenial jaman now, apabila kalian belum juga bisa bijak, maka bersiaplah cinta suami kalian akan dibajak. Uppsss… wkwkwk.
Discussion about this post