Menuju akhir pekan ternyata bukan kabar gembira bagi semua insan di dunia ini. Apalagi bagi mereka yang senantiasa setia dengan kesendiriannya atau yang tak lazim disebut tuna asmara. Alasan utamanya jelas, menjelang akhir pekan mereka harus bersiap menghadapi malam yang mencekam dibanding malam-malam lainnya. Yup, apalagi kalau bukan momen malam minggu.
Malam yang selalu identik dengan malam bermesraan berdua, jalan berdua, nonton berdua, makan berdua, pokoknya apa-apa saja yang asyik dilakukan berdua bersama pasangan orang lain. Malam yang terasa panjang bagi mereka yang berusaha mempopulerkannya dengan sebutan, sabtu malam. Malam yang mendadak membuat para tuna asmara jarang berkeliaran di lini masa media sosial (medsos), walau sebenarnya smartphone selalu di tangan. Kalaupun berani meramaikan medsos, mereka mendadak menjadi pribadi yang bijak nan religius. Biasanya dengan status yang memfatwakan kemudharatan malam minggu, hingga saran-saran bijak untuk menghabiskan malam minggu di rumah. Malam yang entah kenapa menciptakan kelas baru antara kelas pemilik pacar dan kaum tanpa pacar. Saya tidak bisa membayangkan kesedihan Mbah Marx mengetahui ini. Semoga tidak memicu perjuangan menuntut kepemilikan pacar bersama. Sungguh malam yang bisa menjadi pemantik revolusi. Kaum jomblo sedunia, bersabarlah!
Jika ditinjau dari sisi ekonomi, malam minggu sebenarnya mampu memajukan perekonomian. Hal ini karena perputaran ekonomi yang pesat serta daya beli masyarakat yang mendadak jadi tinggi disebabkan peredaran para kaum pemilik pacar pada malam minggu. Bayangkan jika momen malam minggu ini berlangsung setiap malam, sungguh malam yang bisa membantu tugas Negara.
Tapi apa daya, dari semua nikmat malam minggu itu, para jomblowan dan jomblowati masih menganggap malam minggu bak momok menakutkan. Tak lain tak bukan karena di fase malam minggu inilah para kaum tanpa pacar itu harus mati-matian mencari alternatif kegiatan agar tak dicap sebagai jomblo ngenes. Paling tidak agar bisa menjawab pertanyaan “malam minggu mau kemana?”. Sungguh pertanyaan yang tidak mudah kan mblo?!
Jika tidak memperdulikan konotasi jomblo dikalangan teman-teman sejawat berikut disertai diskriminasinya, Sebenarnya masih banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan tadi dibanding keluyuran malam yang sama sekali nirfaedah itu. Begitu biasanya kalimat pembenaran para jomblo pada umumnya.
Nah untuk kalian yang jomblo tapi enggan dilabeli ngenes, waktu kalian tidak akan sia-sia dengan membaca tulisan ini sampai selesai. Sebuah tips jitu menghadapi malam minggu. Cekidot
Adalah… menjadi football lovers! Yaa, mulailah menjadi football lovers untuk menyelamatkan malam minggumu. Kenapa? Begini sederhananya.
Bagi football lovers, malam minggu justru akan menjadi malam yang lebih baik daripada seribu malam senin, malam selasa dan atau malam sabtu. Kenapa tidak termasuk malam rabu, malam kamis dan malam jumat? karena biasanya di malam itu ada jadwal Uefa Champions League dan Europan League. Coba bayangkan jika kalian adalah football lovers, di setiap malam minggu kalian pasti akan disuguhkan pertandingan sepak bola dari hampir seluruh penjuru muka bumi (entah datar atau bulat) kecuali Indonesia, karena harus menyesuaikan dengan jadwal sinetron.
Maklum, pertandingan Liga 1 belum mampu menggeser rating sinetron dengan judul yang filosofis itu. Sinetron “Anakku dan Anakmu Ternyata Masih Anak-anak” contohnya. Terlepas dari hambatan itu, dengan menjadi football lovers saya yakin malam minggu kalian akan penuh dengan dinamika.
Mulai dari merasakan euforia jika tim yang anda gemari menang. Atau sebaliknya seperti tak punya harapan hidup lagi ketika kalah. Juga perang argumen di media sosial, nobar yang berujung bentrokan, atau bahkan bisa sampai kaya mendadak (khusus football lovers dengan maqam tinggi). Betapa kehidupan malam minggu yang recommended bukan?
Belum lagi jika kalian sampai terdaftar di salah satu Fanbase Klub, yang tidak semua anggotanya memiliki pasangan. Pasti ada yang jomblo. Nah, disinilah ada secerca harapan untuk mengakhiri kejombloanmu. Dengan aktif sebagai anggota, kalian akan terbiasa bertemu, terbiasa bersama-sama sampai tumbuh benih-benih empati yang berujung cinta. Namun ingat, hindari benih itu tumbuh dari sesama jenis. Jika tidak bisa, yaa nikmati saja. Namanya juga cinta, tak bisa memilih sama siapa dia tumbuh. Nah, dengan dipersatukannya kalian para jomblo-jomblo dalam sebuah fansbase klub, pasti akan lebih produktif. Paling tidak akan menghasilkan calon-calon pengantin baru jika kesatuan dan persatuan kalian diridhoi Tuhan yang Maha Esa. Tapi buat kalian yang tidak kepikiran sampai pada mengakhiri status jomblo, menjadi football lovers tentunya ampuh menghilangkan rasa kesepian yang menjadi sumber permasalahan sebenarnya.
Seperti dimuat di sebuah artikel kompas.com yang mengutip pada buku “Sport Fans: The Psychology and Social Impact of spectators” yang ditulis profesor psikologi olahraga asal Murray State University, Daniel Wann yang mengatakan bahwa para penggila olahraga memiliki koneksi yang kuat satu sama lain dan mengurangi rasa kesepian serta keterasingan.
Bagaimana, mblo? masih pikir-pikir untuk menyematkan malam minggu dengan menjadi football lovers? Oh yaa kalau mau sedikit berpikir jernih, sebenarnya sih menjomblo itu bukan soal yang menyedihkan. Sendiri bukan alasan untuk tak bisa bersenang-senang seperti yang lain, tak peduli malam apapun itu. Segala rasa yang kita alami itu kan atas izin kita sendiri. Kita yang menentukan. Bukan begitu? Kalaupun itu sulit, ya semoga tips malam minggu ini bermanfaat.
Nah, jika kalian sudah mengambil ancang-ancang untuk menjadi football lovers, ada baiknya berhati-hati dalam memilih klub bola favoritmu nanti. Saran saya pilihlah klub yang memiliki sejarah yang jelas dan mapan. Ini sebagai bekal kalian dalam menghadapi dinamika sebagai football lovers. Nah saya sarankan untuk bergabung bersama saya menjadi Milanisti, pecinta AC Milan. Disamping karena AC Milan salah satu klub terbaik dunia dengan rentetan gelar juara, siapa tahu kita bisa berjodoh. Siapa yang tahu kan. FORZA MILAN!
Discussion about this post