Pegiat Budaya Morowali berduka. Salah satu putra terbaiknya berpulang menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dini hari tadi (05/6). Adalah Nurfala Ahmad atau lebih akrab disapa Om Falla yang menghembuskan nafas terakhir di rumah kediamannya di Kelurahan Marsaoleh, Kec. Bungku Tengah. Beliau meninggal di usia 52 tahun setelah selama kurun waktu lima tahun terakhir berjuang melawan sakit tumor ginjal.
Om Falla adalah salah satu musisi, seniman, dan pegiat budaya yang sejak dulu aktif dalam melindungi dan mempertahankan khasanah kebudayaan suku Bungku terutama pada seni musik dan tari.
Sejak awal 2000-an, masyarakat Morowali sudah akrab dengan karya-karya beliau. Beberapa lagunya bisa didapatkan lewat kaset DVD yang beredar meski masih terbilang langka. Di tengah keterbatasan dan keterbelakangan Kabupaten Morowali kala itu, menghasilkan sebuah karya dalam bentuk DVD adalah hal yang luar biasa.
Di pesta-pesta pernikahan Orang Bungku, lantunan lagu-lagu yang ia populerkan nyaris tak pernah absen mengisi panggung elekton di berbagai daerah. Lagu Kupedolanga adalah salah satu yang paling populer. Lagu yang yang diciptakan oleh Yusuf Rone dan dipopulerkan Om Falla itu, adalah sebuah persembahan lagu untuk para nelayan –profesi yang menjadi salah satu mata pencaharian utama orang bungku- kala itu. Sebuah perjuangan yang tak mudah bagi seorang nelayan selama perjalanan mengarungi lautan. “Bomba terumpa modado” lirik penutup lagu itu.
Semasa hidupnya, Om Falla telah banyak mempopulerkan lagu-lagu Bungku. Selain Kupedolanga, beberapa karya masterpiece beliau di antaranya Bunga-bunga, Fula moiko, Palulu mokohoni, dan Pongoni aku doa.
Selain aktif sebagai seorang musisi, Om Falla juga dikenal sebagai guru tari yang mumpuni. Setiap acara perlombaan maupun kegiatan kebudayaan, hampir semua seni pertunjukan tari yang dibawakan baik lintas kabupaten, provinsi, dan nasional tidak terlepas dari tangan cekatan beliau.
Sanggar Seni Finaransafa adalah salah satu buktinya. Bersama beberapa sahabatnya, Om Falla membentuk sanggar seni yang diharapkan bisa menjadi wadah para kaum muda dalam melindungi kekayaan budaya lokal. Bahkan kelompok seni tari mereka pernah tampil di acara Islam Itu Indah, salah satu program Trans TV yang dipandu oleh Akhmad Fadli yang kala itu menyambangi Morowali pada akhir 2017 lalu.
Selain itu, Om Falla juga memiliki Sanggar Seni Rampeasina yang sampai sekarang tetap setia menjadi wadah bagi kawula muda untuk belajar seni tari. Selain aktif di sanggar, beliau juga merupakan salah satu guru seni di Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat Sakita.
Om Falla yang merupakan jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Seni Bandung beberapa kali mewakili Kabupaten Morowali dalam ajang kebudayaan. Di antaranya saat acara Pekan Budaya Sulawesi Tengah ke-14 di Kabupaten Parigi Moutong yang dirangkaikan dengan Sail Tomini pada 2015 silam, beliau bersama tim perwakilan Kabupaten Morowali membawakan tari kreasi dengan tema “laut”.
Om Falla ingin mempromosikan tradisi lokal masyarakat Bungku di pesisir pantai berupa kegiatan mencari “meti” dan “biak” saat air laut sedang surut.
Pada Oktober 2019 lalu, Om Falla bersama kontingen peserta kebudayaan Kabupaten Morowali juga turut serta dalam acara gelar Budaya Indonesia II Tingkat Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam acara atraksi budaya yang diselenggarakan di Biak, Kabupaten Buol tersebut, SMAN 1 Bungku mempersembahkan tari kreasi “Mompela Fula” yang diciptakan langsung oleh Om Falla.
Sepak terjang Om Falla sebagai seorang seniman sudah tidak diragukan lagi. Beliau telah menerima banyak penghargaan di antaranya sebagai penyanyi lagu Bungku dan penata tari terbaik se-Kabupaten Morowali. Bahkan yang lebih membanggakan lagi adalah beliau pernah memenangkan kompetisi pemilihan bintang radio RRI se-Kota Makassar. Buntut dari penghargaan tersebut membuat beliau ditawari untuk melahirkan sebuah karya berupa album yang dinaungi oleh Libero Record.
“Om Falla adalah seorang seniman sejati karena beliau punya keinginan besar untuk memajukan budaya dan men-support generasi muda yang berkecimpung di dunia seni”, kata sahabat beliau yang juga pencipta lagu Eghar Husen kepada Kamputo.com, Jumat (5/6).
Lebih lanjut Eghar bercerita jika dunia tari dan musik Bungku ke depan akan tenggelam sepeninggal Om Falla. Sebab menciptakan lagu bukan perkara mudah
“Beliau itu orangnya spontan, kalau ada ide langsung eksekusi. Saya saja buat lagu merasa sulit karena harus observasi lapangan terutama tema apa yang mau diangkat, bikin syair, bikin lirik, makanya sekarang saya vakum tapi hanya Om Falla yang eksis”.
Sedari dulu beliau memiliki keinginan besar untuk memajukan budaya. Ketika mengenang pertemuan terakhir dengan beliau, Egar mengungkapkan jika keduanya berencana untuk berkolaborasi menghasilkan karya baru. Bahkan di mata perancang wardrobe ini, sosok Om Falla tidak akan digantikan oleh siapapun.
“Kita sangat kehilangan, Om Fala kalau bawa lagu Bungku menjadi hidup”
Selamat Jalan Om Falla, Sang Maestro Lagu Bungku. Terima kasih untuk segala pengabdianmu selama ini. Tuhan mendekapmu dalam keabadian.
Meminjam potongan bait lagu “Fula Moiko”
Salakomo buminta aku
Tekokolaro safangku
Kupoiya tora miu le aku
Hinamo pesandarangku
Sekali lagi selamat jalan, pengabdianmu pada budaya lokal Morowali akan menjadi inspirasi bagi generasi muda Morowali.
Discussion about this post