Agustus tahun lalu, bertempat di Kantor Bupati Morowali, Taslim selaku Bupati Morowali bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya menggelar pertemuan dengan perwakilan Aliansi Mahasiswa se-Morowali (AMM). Pertemuan tersebut membahas realisasi beasiswa pendidikan dan perbaikan asrama yang tak kunjung mendapat hilal bantuan dari Pemda. Saat itu, Taslim menenangkan mahasiswa yang kadung kecewa dengan kalimat khas para elit politik di luaran sana “Berikan kami waktu, percaya kepada kami”
Waktu berlalu, tahun pun berganti. Namun inisiatif dari Pemda Morowali untuk memperbaiki asrama mahasiswa tak kunjung ada. Bahkan proposal perbaikan asrama yang diberikan kepada Bupati saat pertemuan tahun lalu pun tidak ditahu rimbanya. Pemda Morowali beralibi bahwa anggaran perbaikan asrama akan direalisasikan saat perubahan anggaran dan meminta mahasiswa untuk tidak lagi mengumpulkan proposal.
Tapi mohon maaf ini Pak/Bu, sampai kapan lagi kami menunggu janji-janji yang tak bersesudahan ?
Asrama mahasiswa Morowali terdapat di empat kota yaitu Palu, Makassar, Kendari, dan Yogyakarta. Dari keempat asrama tersebut, hanya Asrama Kendari yang masih layak huni. Bangunannya masih terawat, terdapat pagar yang mengelilingi bangunan asrama, tempat penampungan air, dan lapangan olahraga yang tidak ditemukan di Asrama Mahasiswa Morowali manapun.
Berbeda dengan Asrama Yogyakarta yang terletak di daerah Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Kondisinya sangat memprihatinkan, hampir tak layak huni, dan sisa menunggu roboh. Asrama ini sebetulnya strategis untuk beberapa kampus, di antaranya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Universitas Amikom, Institut Pertanian Stiper, Universitas Sanata Darma, dan Universitas Mercu Buana yang bisa diakses dalam waktu ± 5-10 menit.
Asrama ini dulunya sebuah indekos yang kemudian dibeli oleh eks Bupati Morowali Anwar Hafid di tahun 2009. Memiliki 22 kamar, ruang tengah, dapur, tempat parkir, dan 7 kamar mandi/WC yang saat ini hanya menyisakan 3 layak pakai.
Asrama ini cukup sering didatangi para elit wakil rakyat dan pejabat di lingkungan Pemda Morowali yang sedang melakukan kunjungan dinas atau sekadar menghabiskan jatah liburan. Setiap kali berkunjung, mereka selalu mengecek satu per satu kondisi asrama yang membutuhkan perbaikan, memotret satu per satu fasilitas yang rusak, tak lupa diselingi kalimat-kalimat manis: “akan diperbaiki secepatnya”. Di penghujung agenda formalitas itu, biasanya ada penandatanganan berkas yang kami pribadi tak tahu untuk apa. Namun kesemuanya hanya berujung pada kenihilan.
Salah seorang penghuni asrama bercerita jika pernah seorang pejabat berkunjung dan berkata kira-kira seperti ini “Ke ongko anu tafe le asrama ai, mi SMS aku mongkoa kaku pongkirim koko miu doi” (kalau ada fasilitas asrama yang rusak, cukup SMS nanti saya kirimkan uang). Kenyataannya, ketika pompa air asrama rusak dan mendorong penghuni asrama menumpang mandi di masjid terdekat sampai kemudian mereka diusir, pihak asrama meminta bantuan. And guess ? si pejabat tersebut malah berkata “Kamu ba kongsi-kongsi saja di situ beli pompa baru”. Ehh? situ lupa pernah berjanji?.
Cerita lainnya, saat bulan puasa dua tahun lalu, penghuni asrama mendapat surat cinta dari PLN untuk segera melunasi tunggakan listrik selama beberapa bulan. Si pejabat lain yang datang berkunjung kemudian berkata “Kirimkan saya nomor rekening, nanti saya transferkan uang untuk bayar itu lampu”. Eh sama dengan kasus sebelumnya, ujung-ujungnya hanya PHP!
Perlu kita ketahui bersama bahwa sarana dan prasarana asrama, galibnya kebanyakan dibeli melalui iuran bersama. Biaya listrik setiap bulan tidak ditanggung pemerintah daerah, bahkan tunjangan perawatan asrama setiap tahun, sama sekali tidak ada. Pengadaan perlengkapan dapur, pengecetan asrama, perbaikan WC, berikut perawatannya, semua ditanggung oleh masing-masing penghuni asrama dalam bentuk iuran bulanan.
Kondisi tersebut tak berbeda jauh dengan asrama di Sulawesi yaitu Makassar dan Palu yang sama memprihatinkan. Kota Palu sebagai basis terbesar mahasiswa Morowali memiliki dua bangunan asrama yang dari zaman dulu sampai sekarang tidak kunjung selesai. Kondisi tersebut nyatanya tak berubah sampai sekarang, bahkan ketika Morowali dinobatkan sebagai salah satu kabupaten termaju di Sulawesi Tengah, bahkan ketika pendapatan Morowali salah satu yang tertinggi se-Sulawesi Tengah, bahkan ketika IPM Morowali yang tertinggi di Sulawesi Tengah, tak pernah ada yang berubah selain wacana yang tidak berkesudahan.
Pada tahun 2012-2016, Pemda Morowali membangun dua bangunan asrama baru di Bayoge yang mana bangunan tersebut dihuni oleh para tukang bangunan yang konon belum mendapat bayaran. Beredar kabar kondisi tersebut terjadi karena masalah kepemilikan tanah yang masih berstatus pribadi dan pihak kontraktor yang sering kabur membawa lari uang. Entah keterangan mana yang benar, yang jelas sudah hampir sembilan tahun berlalu dan bangunan tersebut tak kunjung tidak bisa ditempati. Pembangunan asrama tersebut mandek sejak pertengahan tahun 2017 dan entah sampai kapan masalah tersebut bisa selesai.
Hal memprihatinkan lainnya juga terjadi pada asrama Tondo yang hanya memiliki enam kamar. Asrama tersebut dibangun pada 2001 dan memiliki sebuah musala. Yang saya ingin bilang adalah Kota Palu menjadi tujuan utama mahasiswa asal Morowali yang ingin melanjutkan kuliah. Bagaimana mungkin Pemda hanya menyediakan asrama dengan jumlah kamar 6 ? apa Morowali kekurangan anggaran atau anggarannya dipakai untuk hal lain? sungguh mengecewakan!
Kondisi asrama Mahasiswa Morowali Makassarpun demikian. Dibangun di lingkungan rawan konflik menjadikan asrama ini dilupakan keberadaannya. Inai koa ta lako moiya le tempat kansou (Siapa yang mau tinggal di tempat seperti itu). Beberapa mahasiswa kemudian baru berani menempatinya pada awal tahun 2017 hingga sekarang. Asrama itu memiliki 15 kamar, dapur, ruang pertemuan, dan 5 WC di mana hanya 3 yang layak pakai, sementara dua sisanya masih dalam tahap renovasi yang dananya bersumber dari iuran para penghuni asrama.
Menurut penuturan salah seorang penghuni, Asrama Morowali Makassar tidak pernah sekalipun mendapat anggaran perbaikan atau renovasi dari Pemda, padahal kondisi asrama banyak memiliki kerusakan. Sudah mencoba mengirim beberapa proposal tapi tak kunjung mendapat jawaban.
Berkaca pada kabupaten tetangga, Morowali Utara yang masuk dalam wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tetinggal) memiliki hunian yang kondisinya lebih baik. Kadang rasa iri muncul ketika melihat asrama mahasiswa daerah lain yang selalu didukung oleh pemerintah daerahnya. Tiap tahun diberikan dana bantuan, sarana dan prasarana disediakan, dan antara pemda-mahasiswanya saling mendukung satu sama lain. Morowali? tidak usah ditanya.
Asrama Mahasiswa Morowali merupakan salah satu aset daerah yang perlu diperhatikan keberadaannya. Sudah menjadi fungsi pemerintah daerah sebagai fasilitator untuk mendukung dan mengapresiasi mahasiswanya yang sedang menuntut ilmu dengan mendirikan asrama. Tak berhenti sampai di situ, Pemda juga harus mampu memberikan fasilitas untuk menunjang kehidupan berasrama. Jangan seperti kiwari, terjadi pembiaran yang menjadi-jadi dan berakibat pada penurunan kualitas asrama. Kalau dibiarkan rusak tak terurus, bagaimana adik-adik kita yang akan melanjutkan pendidikan nantinya.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah para penghuni asrama juga harus memiliki jiwa-jiwa tukang bersih agar keberadaan asrama tetap terawat dengan baik. Asrama di tanah rantau diibaratkan sebagai sebuah rumah pendidikan atau kampus kecil karena penghuninya datang dari beberapa kecamatan, selayaknya dunia kampus yang sebenarnya. Kehidupan asrama mengajarkan para penghuninya untuk belajar disiplin, bertanggung jawab, mengajarkan untuk hidup berdampingan secara harmonis meskipun memiliki latar belakang, sifat, dan karakter yang berbeda-beda. Selain itu, kelompok mahasiswa daerah yang tergabung dalam organisasi daerah membutuhkan ruang berdialektika agar mampu menjalankan fungsinya sesuai Tri Dharma perguruan tinggi. Dan keberadaan asrama perlu adanya agar mampu menunjang hal tersebut.
Pak Bupati, kami mahasiswa menagih janji !
Tambahan
Discussion about this post