Gelombang aksi demonstrasi mahasiswa yang diprakarsai oleh aliansi BEM-SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) kembali digelar secara serentak di sejumlah wilayah di Indonesia pada Senin (11/4). Aksi nasional tersebut bertujuan untuk menuntut para elit politik agar tidak menunda pemilu 2024, tidak memperpanjang jabatan presiden 3 periode, dan secepatnya memperbaiki stabilitas kenaikan bahan pokok yang semakin mencekik.
Aksi serentak tersebut rupanya juga dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Morowali pada Selasa (12/4). Sebanyak kurang lebih 70-an mahasiswa yang terdiri dari paguyuban kecamatan dan PSDKU Untad Morowali berkumpul di Lapangan Sangiang Kinambuka Bungku pada pukul 09.00 WIB pagi untuk kemudian bersama-sama menuju Kantor KPU, perempatan lampu merah Fonuasingko, dan Kantor DPRD Morowali untuk melakukan orasi.
Dalam aksinya, mereka menuntut empat hal di antaranya menolak wacana penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden 3 periode, menuntut pemerintah untuk menurunkan harga BBM dan mengatasi kelangkaan minyak goreng dan mengusut tuntas para mafia minyak goreng, serta menolak segala bentuk tindakan represifitas aparat terhadap masyarakat.
Di tengah terik matahari dan suasana puasa yang membuat dahaga, suara lantang dari para orator aksi memecah langit Morowali. Fikar Enzo selaku korlap aksi mengungkapkan bahwa wacana perpanjangan jabatan Presiden Joko Widodo menjadi 3 periode adalah sebuah kejahatan berat yang mencoreng bentuk pemerintahan demokratis yang selama ini dianut oleh Indonesia.
“Ini meresahkan. Isu penundaan pemilu dan perpanjangan periode jabatan presiden telah menghianati konstitusi negara yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945. Negara kita sedang tidak baik-baik saja. Negara kita bukan lagi negara demokratis di mana rakyat sebagai pemegang jabatan tertinggi, tapi negara ini hanya milik para oligarki di luar sana”, ungkap Fikar dalam orasinya yang begitu berapi-api.
Sementara itu, sejumlah aparat kepolisian tampak mengawal massa di sekitar kawasan aksi. Pihak kepolisian juga mengatur rekayasa lalu lintas agar tidak mengganggu para pengguna jalan.
Saat menyambangi Kantor DPRD Morowali sebagai titik akhir aksi, massa aksi membakar ban di halaman Kantor DPRD sebagai bentuk mosi tidak percaya. Setelah selesai berorasi, massa aksi yang diwakili oleh beberapa mahasiswa digiring masuk ke dalam ruangan rapat anggota DPRD untuk melakukan konsolidasi. Hasil pertemuan yang berlangsung selama dua jam tersebut mengabulkan tuntutan aksi yang kemudian dimuat dalam Berita Acara dengan nomor 170/172 DPRD/IV/2022 dan ditandatangi oleh tiga anggota DPRD yaitu Syahrudin, S.E, Agus Wiratno, dan Lukman Hanafi.
Discussion about this post