Mari berkenalan dengan desa saya. Desa yang penuh dengan filosofi mistis tentang ‘Nama‘. Saya dilahirkan di sebuah desa kecil daerah Morowali, Sulawesi Tengah, Desa Kolono. Sebuah desa yang memiliki laut dan pegunungan yang menakjubkan, menurut saya.
Nama ‘Kolono’ sendiri diambil dari bahasa daearah; Bahasa Bungku (Bungku merupakan nama salah satu kerajaan yang pernah ada di daerah Kabupaten Morowali, Sekarang masyarakat lebih akrab mengartikan ‘Bungku’ adalah Suku). Terdiri dari dua suku kata “Ko” yang memiliki arti kamu dan “Lono” yang memiliki arti larut, lenyap, atau hilang, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Secara etimologi, maka ‘Kolono’ dapat diartikan: Kau Lenyap.
Penamaan ini tidak muncul begitu saja. Sebelum nama ‘Kolono’ di gunakan, Desa saya lebih dikenal dengan sebutan Desa Pombine. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, Pombine ialah seseorang yang pertama kali menemukan dan membangun perumahan di desa saya. Dari ‘Pombine’ yang berubah menjadi ‘Kolono’ punya cerita unik yang patut kamu simak.
Tidak ada yang mengetahui pasti sejak kapan nama ‘Kolono’ melekat menjadi nama resmi desa saya. Tetapi paling tidak, sesuai cerita turun temurun dari generasi ke genarasi, kami mengetahui alasan kenapa desa ini bernama Desa Kolono.
Dimulai dengan orang-orang zaman dulu yang banyak berniat dan melakukan kejahatan di desa ini. Seperti melakukan pencurian, penipuan, dan keonaran yang membuat masyarakat semakin resah. Timbul perasaan khawatir saat akan dan sedang melaut, ke kebun dan beraktivitas lainnya. Tidak ada ketenangan di dalam kampung. Anak perempuan tidak diizinkan berkeliaran di malam hari. Sementara orang tua dan pemuda laki-laki selalu rutin jaga malam.
Sampai suatu ketika, para petuah-petuah kampung berkumpul. Membahas dan merencanakan sesuatu yang akan dilakukan untuk memberikan perlindungan ekstra. Tentulah, ketika para petuah yang berkumpul, bukan membahas peraturan desa secara tertulis atau patungan modal membeli persenjataan. Melainkan menghimpun satu-satunya sumber daya yang tersisa, “sumber daya ghaib”. Kekuatan supranatural yang hampir dimiliki setiap orang di zaman nenek moyang kita dahulu.
Masyarakat melakukan upacara adat di dalam kampung. Dipimpin langsung oleh para petuah. Salah satu ritual yang dilakukan adalah menggaris permukaan tanah. Ini bukan sekedar menggaris biasa. Masyarakat di kampung saya percaya bahwa lekukan yang digaris itu merupakan lafaz Al-Qur’an. Mengandung do’a. Seluruh permukaan tanah tidak luput dari garis tersebut. Bukan hanya manusia yang bekerja, namun ada kekuatan metafisik yang membantu bekerja. Sehingga menjadikan tanah tersebut memiliki kekuatan mistis atau disebut keramat.
Menurut cerita yang beredar dalam masyarakat, usai pelaksanaan upacara ritual, semakin hari kondisi kampung menunjukan kemajuan positif dengan baik. Masyarakat sekitar sangat meyakini bahwa tanah desa telah terlindungi. Pantang terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Jangankan sudah melakukan tindakan kejahatan, masih dalam tahap proses saja sudah mampu dideteksi oleh tanah keramat ini. Tidak sedikit orang-orang yang kemudian berniat jahat, tiba-tiba saja jatuh sakit, bahkan sampai meninggal dunia.
Biasanya masyarakat mengetahui bahwa orang yang bersangkutan itu jahat setelah sudah kembali meninggalkan desa atau ketika sudah meninggal. Paling lama mereka bertahan sekitar dua minggu, jika tidak cepat beranjak pergi maka malaikat maut yang akan menjemput. Ini sudah seperti hukum alam yang berlaku.
Masyarakat kami masih sangat percaya jika tanah ini masih tetap keramat. Sekitar enam atau tujuh tahun lalu, ada seorang bapak yang kira-kira usianya memasuki 50-an tahun. Tidak jelas asal muasalnya. Datang menawarkan kemasyarakat cara jitu cepat kaya. Caranya dengan mengajak sebanyak-banyaknya warga untuk bergabung kedalam kelompoknya. Dengan catatan membayar uang pendaftaran minimal Rp 1.500.000. Uang pendaftaran tersebut terhitung sebagai modal.
Makin banyak modal maka akan semakin banyak keuntungan. Kurang lebih seperti prinsip Multi Level Marketing (MLM). Tapi ini bukan MLM karena tidak ada produk barang maupun jasa yang ditawarkan. Ditambah lagi kelompok ini harus melakukan ritual-ritual yang aneh setiap malam jumat. Pakaiannya harus serba kuning.
Bukan masyarakat yang bodoh. Tapi kemampuan bapak ini yang sangat luar biasa. Tidak heran beberapa orang PNS, Guru, dan berpendidikan lainnya terseret ikut bergabung. Menurut saya, bapak ini memiliki kekuatan supranatural juga. Semisal kemampuan menghipnotis banyak orang dengan bantuan Jin. Beberapa anggotanya pernah memamerkan sebuah foto aneh.
Di foto itu Ada tujuh orang paruh baya berdiri, salah satunya seorang perempuan yang berjenggot dan berkumis lebat. Seperti keterangan masyarakat sekitar, sesuai ciri-cirinya, ketujuh orang tersebut merupakan penduduk kerajaan jin Uwentira. Sebuah kerajaan Jin terbesar di Asia Tenggara yang penghuninya dari berbagai belahan dunia (kata Ustadz Sholeh Pati pada sebuah kesempatan berkunjung di kota Palu dalam acara Mister Tukul Jalan-Jalan).
Belum genap dua minggu menginjakan kakinya di desa saya, bahkan belum sempat memberikan keuntungan atas janjinya kepada masyarakat, bapak ini meninggal dengan kondisi tubuh yang mengenaskan. Saya salah satu yang menjadi saksi kejadian tersebut. Jenazah mengeluarkan bau busuk yang teramat sangat. Sampai-sampai para pelayat harus menggunakan masker. Ada juga yang membakar dupa dari kayu gaharu.
Seingat saya, waktu itu kira-kira pukul 4 sore. Awalnya cuaca cerah dengan langit tampak kebiruan. Hanya saja, warga sekitar menjadi takjub, seketika cuaca mulai gelap, muncul awan hitam, angin tiba-tiba kencang dan desa mulai diguyur hujan. Dalam kondisi cuaca yang terbilang ekstrim. Warga tetap bersikukuh untuk menguburkan jenazah. Warga tidak punya pilihan lain. Apalagi jika melihat kondisi jenazah yang seperti itu. Acara pemakaman tetap dilakukan. Tentunya begitu banyak kesulitan yang didapati warga dengan cuaca demikian.
Sehingga pemakaman selesai kurang lebih 20 menit lagi pukul 6 magrib. Waktu itu, usai pemakaman, tiba-tiba saja cuaca kembali cerah teduh. Seperti barusan tidak terjadi cuaca ekstrim. Cuaca cerah itu hanya sesaat, kemudian memasuki waktu magrib yang sudah mulai gelap. Beberapa hari sesudah pemakaman, kuburan bapak tersebut rata dengan tanah, kemudian beberapa hari setelahnya membentuk seperti sebuah lubang.
Setelah bapak tersebut meninggal. Barulah masyarakat sadar bahwa mereka telah ditipu, ditaksir kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Sekaligus menguatkan keyakinan masyarakat bahwa tanah Kolono yang Keramat masih memberikan perlindungan. Tidak ada yang bakalan lolos dari pendeteksian tanah ini. Mantra dari nenek moyang kami masih terus menjaga desa ini. Menjaga tanah ini dari orang-orang yang hitam hatinya. Siapapun dia jika berniat tidak baik, maka desa ini akan membalasnya dengan kekuatan yang tidak nampak.
Sebagai penerus yang menempati tanah keramat ini, kami tidak ingin menghianati warisan para nenek moyang kami. Sekuat tenaga akan terus menjaga dan melindungi tanah ini. Bukan. Bukan dengan Sumber Daya Ghaib. Kami sama sekali tidak diwarisi itu. Dengan nilai-nilai budi pekerti yang luhur kami dibekali, dengan kekuatan kekeluargaan kami dibesarkan dan dengan jiwa yang penuh kasih saying kami dijaga. Kami akan menjadi generasi yang mampu menggali potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia tanah keramat ini. Sebab tugas kami adalah merawatnya dan memastikan anak cucu kami dapat melihat tempat ini.
Untuk kamu dan kalian yang hendak berniat dan berbuat jahat kepada kami. Tuhan kami akan terus menjaga kami. Tanah kami masih tetap keramat. Selangkah kamu menginjakan kaki di tanah ini, niscaya, menjadi: Ko–Lono.
Discussion about this post