“Apa kabar bea cukai, eh beasiswa maksudku. Ada yang tahu kenapa di tahun ini tidak ada bantuan pendidikan gratis untuk mahasiswa Morowali ? Uaku bertanya.”
Demikian salah satu postingan yang cukup menarik di sebuah grup Facebook.
Sontak setelah membaca postingan itu, saya langsung tertawa tidak karuan. Selain kenal dekat dengan si pengirim yang notabene seorang humoris, isi postingannya juga satire nan mengocok perut. Tetapi terlepas dari itu, sebagai mahasiswa yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan, pertanyaan saya juga sama, “Mengapa beasiswa pendidikan ditiadakan ?”
Beberapa bulan lalu, saya sempat bertemu dengan salah satu pihak pemerintah yang memberikan detail informasi mengapa beasiswa pendidikan tidak menjadi prioritas pada pemerintahan sekarang. Setelah peralihan kekuasaan dari Sang Mantan ke pasangan Tahajjud pada September 2018 lalu, Morowali dilanda defisit miliaran rupiah sehingga di awal-awal menjabat, pemerintah fokus mengatasi defisit. Hal ini berdampak dengan ditiadakannya, ditangguhkannya, dan ditundanya beberapa program kerja yang penting tapi tidak mendesak, salah satunya beasiswa.
Oke, untuk situasi dua tahun lalu, alasan ini bisa diterima. Bagaimana dengan sekarang?
Kondisi keuangan Morowali sebetulnya mulai kembali pulih, melihat data di Badan Pusat Statistik (BPS) Morowali 2019, laju pertumbuhan ekonomi Morowali merupakan yang paling tinggi di Sulawesi Tengah yaitu sebesar 12,39 persen. Selain itu, Jumlah pendapatan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Morowali 2020 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu Rp 1,2 triliun atau naik sekitar Rp 0,2 triliun dari tahun 2019 yang hanya berjumlah Rp 1 triliun. Dengan kondisi keuangan yang semakin membaik ini, beasiswa malah dihapuskan.
Padahal dari tujuh misi yang pernah digagas oleh Pemerintah Morowali, salah satu poinnya adalah “Meningkatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan kuantitas dan kualitas pengajar, memberikan beasiswa, dan sarana pendidikan guna menciptakan sumber daya manusia yang cerdas, kreatif, inovatif, dan bertaqwa. Sayangnya, hingga memasuki tahun kedua kepemimpinan Tahajud, hilal beasiswa pendidikan sama sekali belum terlihat. Alasannya apa Bambang ?
Beasiswa pendidikan merupakan program unggulan yang digagas oleh eks bupati sebelumnya. Program beasiswa pendidikan tersebut dimuat dalam Peraturan Bupati (Perbup) No. 59 tahun 2017 tentang bantuan biaya pendidikan mahasiswa kurang mampu dan mahasiswa berprestasi. Tujuan pemberian bantuan tersebut adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pembiayaan pendidikan gratis.
Untuk program beasiswa, seluruh mahasiswa diberikan bantuan pendidikan gratis tanpa melihat golongan, suku, dan agama, walaupun tidak bisa dipungkiri kenyataan di lapangan membuktikan sebagian menggunakan bantuan beasiswa tidak sebagaimana mestinya.
Pertanyaan paling mendasar, mengapa beasiswa penting ?
Beasiswa membantu kesulitan dalam pembiayaan pendidikan, mengantisipasi angka putus sekolah, serta yang paling penting adalah menyiapkan dan mencetak kader Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang nantinya menjadi penunjang kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah.
Beasiswa menjadi semacam penghargaan yang diberikan pada mereka yang mempunyai keinginan dan tekad kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Para pelajar adalah generasi masa depan yang akan melanjutkan tonggak keberlangsungan Morowali sevara khusus dan Indonesia secara luas.
Untuk melihat pentingnya program bantuan pendidikan, Tim Kamputo mewawancarai beberapa mahasiswa di beberapa kota di Indonesia.
Mengapa beasiswa penting ? apa alasannya ?
Melati (Samaran), Mahasiswa Program Magister di IPB, Bogor: “Saya butuh karena biaya pendidikan sekarang mahal sekali, apalagi untuk penelitian. Kemarin saya sempat masukkan proposal penelitian butuh biaya laboratorium tapi tidak di ACC Pemerintah. Alasannya karena tidak ada biaya untuk penelitian. Padahal penelitian yang berkontribusi untuk daerah harusnya disupport. Niat yang tulus tapi tidak didukung. Tapi saya tetap teliti pake biaya sendiri. Setidaknya beramal”.
Inneke Dwi Fajrianti, Angkatan 2020, Program Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM, DIY Yoyakarta: “Kalau memang tahun ini program itu tidak direalisasikan berarti salah besar atau mungkin pada saat kampanye, ada menyinggung sedikit soal itu tapi nda ada buktinya berarti bacotnyaji banyak. Tapi kalua memang tidak ada untuk saat ini, berarti untuk tahun ini segi pendidikan kurang diperhatikan. Sebaiknya harus ada sih biar keren hehe”.
Marfuad, 2017, Program S1 PGSD Universitas Islam Makassar: “Alasanya saya kenapa harus ada beasiswa karena kita sebgai orang kurang mampu termasuk saya yang orangtuaku hanya bekerja sebagai petani tentu saya sangat mengharapkan adanya beasiswa., karena itu sangat membantu orang-orang yang kurang mampu”.
Syaiful Azhar, Angkatan 2016, Program S1 Geografi Sains, Universitas Haluoleo, Kendari: “Beasiswa itu penting dikarenakan faktor ekonomi setiap orang berbeda yang mengharuskan membayar uang dalam jumlah besar untuk keperluan studi dan dinilai dari sudut pandang program beasiswa adalah bagian dari tujuan UU yang mengatakan mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Andi Hani, Angkatan 2017, Program S1 Ilmu Hukum, Universitas Tadulako, Palu: “Kenapa harus ada beasiswa yah karena untuk membantu ekonomi keluarga yaitu membayar SPP”.
Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa baik jenjang S1 maupun S2 di setiap kota di Indonesia di atas bisa menjadi gambaran betapa bantuan beasiswa sangat dibutuhkan. Tingkat perekonomian yang berbeda, mahalnya biaya pendidikan, persaingan kerja yang ketat, dan kebutuhan akan SDM yang berkualitas menjadi segelintir alasan mengapa program beasiswa pendidikan penting untuk direalisasikan.
Hal yang paling menggelikan adalah mahasiswa S2 asal Morowali umumnya melanjutkan kuliah dengan mengandalkan beasiswa mother-father foundation aka beasiswa mama-papa.
Kalau diperhatikan dengan saksama, alokasi APBD Morowali untuk anggaran pendidikan lebih banyak digunakan untuk membiayai rutinitas penyelenggaran pendidikan. Pada peringatan ulang tahun Morowali ke-20 lalu, Bupati Morowali menyampaikan bahwa wujud komitmennya untuk mewujudkan “Morowali Sejahtera Bersama” dalam bidang pendidikan dilakukan dengan cara melakukan rekrutmen tenaga pengajar, rehabilitasi sekolah dan ruang kelas, peningkatan kesejahteraan guru kontrak, bantuan sertifikasi guru, peningkatan SDM guru melalui Bimtek dan penerapan aplikasi ruang guru, pembangunan SMK Pertambangan, dan pemberian bantuan hibah di Untad II Morowali.
Merujuk pada BPS 2017 tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Morowali berada di peringkat 165 dengan indeks 70.41% dari 514 kota/kabupaten yang ada di Indonesia. Kalah jauh dari beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat dan Papua. IPM penting mengingat indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan kualitas manusia, pembangunan suatu daerah, dan kinerja pemerintah bisa dilihat dari indeks IPM.
BPS Kabupaten Morowali dalam publikasi tahunannya yang diterbitkan pada 2019 lalu, jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan untuk keseluruhan jenjang Diploma (I, II, III), Akademi, S1, S2, maupun doktor berjumlah 7659. Jumlah ini terbilang kecil sebab jumlah penduduk Morowali saat ini hampir ± 120 ribu jiwa. Dari pengalaman pribadi, seangkatan saya yang berjumlah ± 200 siswa hanya 5 orang saja yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana. Sebagian lainnya memilih kerja karena secara finansial tidak mampu untuk melanjutkan kuliah lagi.
Lalu apa yang perlu dilakukan ?
Pemerintah tidak perlu takut dan ragu jika menghabiskan anggaran untuk pengadaan beasiswa, sebab beasiswa semacam investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar. Pemerintah hanya perlu merubah mekanisme atau aturan pemberian bantuan pendidikan di zaman bupati sebelumnya yang memang belum memenuhi 3T yaitu Tepat Sasaran, Tepat Guna, dan Tepat Waktu.
Tepat sasaran ditujukan pada mahasiswa yang memenuhi kriteria sesuai yang disyaratkan yaitu tidak mampu dan berprestasi atau mampu dan berprestasi. Tepat guna diartikan bahwa tujuan pemberian beasiswa jelas dan terarah seperti beasiswa berprestasi, beasiswa bantuan hidup (tidak mampu), beasiswa bantuan penelitian, dan sederet bantuan lainnya yang esensinya untuk peningkatan kualitas pendidikan. Sedangkan tepat waktu dimaksudkan bahwa beasiswa diberikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan tanpa ada keterlambatan yang berpotensi menggangu jalannya proses studi.
Sesuai dengan tagline yang selalu digembor-gemborkan “Morowali Sejahtera Bersama”, bukankah mengutamakan kualitas pendidikan dengan pemberian beasiswa adalah salah satu cara untuk merealisasikannya ?
Dengan begitu, Pemda Morowali mampu menjalankan salah satu amanat UUD 1945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Bukankah itu lebih baik daripada hanya fokus pada aspek lain? mahasiswa juga butuh bantuan pak, tolonglah hehe….
Discussion about this post