Puluhan pemuda asal desa Sakita, Kecamatan Bungku Tengah yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Peduli Desa Sakita mendatangi Kantor Desa Sakita untuk menggelar aksi unjuk rasa, Kamis (9/9/21).
Massa aksi yang didominasi oleh anggota karang taruna tersebut menyatakan sudah tidak percaya lagi pada kepemimpinan Kepala Desa Sakita, Abd. Hidar. Selama masa jabatan kades yang baru berjalan dua tahun tersebut, diduga telah banyak pelanggaran yang aparat pemerintah desa lakukan. Mulai dari tidak adanya transparansi penggunaan anggaran dana desa, pelayanan pemerintah desa yang amburadul, hingga dugaan tindak penyalahgunaan uang.
Dijelaskan oleh Babinsa Sakita bahwa ada sekitar 30-an massa aksi yang melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Desa Sakita. Massa aksi terlebih dahulu berkumpul di lapangan sepak bola Sakita kemudian melakukan long march menuju Kantor Desa Sakita. Mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan ungkapan kekecewaan terhadap Pemerintah Desa Sakita. Aksi demo awalnya direncanakan dari minggu lalu, namun tertunda karena belum adanya surat pemberitahuan aksi yang dilayangkan pada Kapolsek Bungku Tengah.
Dalam aksi yang digelar di tengah guyuran hujan tersebut, ada empat yang menjadi tuntutan aksi di antaranya:
- Transparansi anggaran pembangunan desa yang dilakukan dengan ugal-ugalan tanpa memperhatikan kewajiban pembangunan seperti pemasangan palang kegiatan pembangunan jalan tani dan WC lapangan yang sampai hari ini masih dipertanyakan papan proyek/anggarannya
- Pengambilan kebijakan yang merugikan kepentingan umum seperti penolakan penurunan status hutan lindung dan penolakan bantuan pembangunan jembatan Tompaika dari pihak TNI (Koramil/Kodim)
- Pelayanan masyarakat yang tidak memenuhi SOP
- Tidak mampu menyelesaikan masalah dan melakukan tindakan diskriminatif yang meresahkan masyarakat serta menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya
Sarmin selaku koordinator aksi mengungkapkan bahwa aksi unjuk rasa ini pertama kali dilakukan dalam sejarah desa Sakita dan menimbulkan pro-kontra di masyarakat.
“Jangan karena kami masih muda, kami dianggap tidak tahu apa-apa. Ini sudah terlalu meresahkan sehingga kami harus bersuara. Dengarkan dulu aspirasi kami. Jangan belum bersuara, kami sudah dibungkam dengan alasan kobarabitara”, ujarnya saat dihubungi oleh Kamputo.com melalui sambungan telepon.
Sarmin juga menambahkan agar kiranya Pemerintah Desa Sakita bisa menjalankan fungsinya sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat.
“Kami berharap Pemdes Sakita bisa melakukan transparansi penggunaan ADD tahun anggaran 2020 secara terbuka dan mampu menyelesaikan semua masalah yang meresahkan masyarakat”, tegasnya.
Lontaran orasi yang dilakukan oleh massa aksi membuat Kepala Desa Sakita, Abd. Hidar menemui massa untuk melakukan audiensi didampingi oleh Camat Bungku Tengah, Kapolsek Bungku Tengah, dan Kepala BPD Sakita.
“Terkait tranparansi anggaran itu bukan wewenang saya, itu urusan sekdes dan bagian keuangan”, terangnya sembari menenangkan massa aksi.
Setelah melakukan audiensi dihasilkan kesepakatan bahwa akan dilakukan diskusi terkait transparansi penggunaan dana oleh Pemdes Sakita pada bulan Oktober mendatang di hadapan seluruh masyarakat Sakita.
Discussion about this post