Rasanya sudah banyak yang bikin kajian perihal perbedaan anak yang lahirnya pada generasi milenial (80-an sampai akhir 2000-an) dan kids jaman now (selanjutnya saya sebut Kijan). Dan memang, menurut saya mudah saja menemukan perbedaan-perbedaan dari keduanya.
Anak milenial waktu di depan tustel, mukanya rada-rada keras, kaku. Beda dengan Kijan. Mereka bisa begitu melankolis, sampai-sampai piawai benar menangis bersedu-sedu, diiringi musik Dero Dadali, bisa pula ikut bernyanyi dengan suara timbul-tenggelam di depan kamera. Jelas bedanya?!
Dari sekian banyak kemampuan-kemampuan yang dipunyai para Kijan, tapi ada kepunyaan anak milenial yang sangat pilih tanding, dan sampai saat ini belum mampu disentuh oleh Kijan.
Kalau generasi Kijan ini kan apa-apa sudah instan. Jadi dampaknya itu, pikiran mereka jarang dihibahkan untuk satu hal: Imajinasi. Nah, di sanalah letak keunggulan anak milenial. Yakni imajinasi. Nah, inilah yang akan kita bongkar-muat dalam bahasan kali ini.
Apa yang ada dalam pikiran anak milenial semasa kecil dulu, walau absurd, kita harus mengakui bahwa daya imajinya tetaplah canggih di zamannya. Apa sajakah itu?
Baiklah para Kijan, waktunya kalian terkagum-kagum bukanmain…
Pelangi.
Kita mulai dari pelangi. Apa yang kalian para Kijan ketahui soal Pelangi? Ya, warnanya banyak plus beautiful, bentuknya melengkung, pelukisnya itu si Agung, apalagi? Bagus jadi latar foto selfie…
Paling seputar itu-itu saja, toh? Tak lebih. Dan pastinya, tak sampai pada apa yang dipikirkan oleh generasi milenial sewaktu masih anak-anak dulu.
Wahai para Kijan, saya pastikan kalian tidak pernah tahu kalau ternyata pelangi itu… seluncuran bidadari. Ya, kamu tidak salah baca. Seluncuran bidadari, dedecu!!!
Belum cukup sampai di situ saja. Tahu tidak itu bidadari kenapa butuh seluncuran? Ingat baik-baik, bidadari itu pengin turun mandi (saya tegaskan, man-di) di sungai yang ada di bumi. Camkan itu.
Kalau masih belum percaya bahwa bidadari suka mandi di sungai, coba saja buktikan lewat kisahnya Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Bukan Jaka Tarub dan Mimi Peri 17 kali syantik, yha!!!
Air Laut
Tadi soal pengetahuan pelangi yang menyangkut langit. Sekarang kita turun ke bumi, kawan-kawan. Ini ihwal air laut. Kijan campur micin mungkin agak sedikit kontra dengan pembahasan kita ini (garam vs micin). Tapi tidak mengapa. Demi pengetahuan sejarah, penting untuk kita bahas.
Sebelum lanjut, kalian para kijan sudah tahu juga kan kalau air laut itu dapat menghantar listrik? Jangan sampai nanti kalian yang hobi menyetrum ikan di sungai, tiba-tiba hijrah ke laut. Alih-alih ikan kesetrum, justru kalian yang hangus. Kan konyol.
Kijan, coba jelaskan bagaimana asal-usul air laut sana bisa asin? Ayo jelaskan. Hadeh, masih otak-atik mbah google rupanya. Bingung? Sini saya kastau ko (kasih tahu kamu).
Sesuai daya imajinasi luhur para generasi milenial dulu, usut punya usut nih ya, air laut bisa asin itu ternyata-dan-ternyata penyebabnya adalah…
… tenggelamnya kapal pemuat garam.
Alhasil, garam-garam itulah yang kemudian menyebabkan lautan jadi asin sampai sekarang ini.
Bintang Jatuh
Mari kita kembali lagi membahas langit, tepatnya benda-benda langit. Kali ini bintang jatuh. Suatu ketika saya dengar ceramah seorang Ustad, ia mengatakan bahwa bintang jatuh atau meteor itu merupakan senjata para malaikat untuk menembaki jin yang mau mencuri informasi dari langit.
Jin-jin penyamun informasi langit inilah yang kemudian bekerja sama dengan para dukun, penyihir, peramal. Konon, dari 100 informasi yang disampaikan oleh para jin ini, kabarnya untung-untungan ada satu yang benar. Karena itu kita dilarang tuh bersekongkol dengan mereka, goys.
Eh, lain kali saja ceramahnya. Kita lanjut lagi, ya!
Di atas tadi membahas soal hubungan bintang jatuh atau meteor dengan jin. Sekarang mari kita ulas soal hubungannya dengan manusia. Emang ada? Yo, selow bosque…
Berdasarkan keyakinan imajinasi masa kanak-kanak generasi milenial, dan tentu saja para Kijan tak sampai ke sini akalnya, bintang jatuh itu punya khasiat.
Agar tidak berlama-lama, para hadirin sekalian, mari kita sambut, khasiat bintang jatuh, adalah… mempercepat pertumbuhan rambut.
Kamu tidak salah baca. Benar itu khasiatnya. Dengan catatan, sewaktu kamu melihat bintang jatuh, maka segeralah tarik beberapa helai rambutmu selama bintang jatuh itu terlihat oleh matamu. Begitu doang caranya. Baru tahu kan, kamunya? Ini rahasia loh, ya. Hihihi
Hujan
Terakhir, tak lengkaplah pembahasan kita ini kalau tak bicara soal hujan, sobat-sobat. Para kijan, apalagi yang sudah terjangkit micin, pasti memahami hujan begini: hujan itu kenangan, rindu, dan hal-hal lain yang menye-menye. Prettt!!!
Saya tekankan dulu, hujan itu bukan rindu, bukan kenangan, bukan pokoknya. Hujan adalah sebuah tetesan air yang beraninya keroyokan, dan juga menghambat proses pengeringan jemurannya para ibu-ibu.
Tahukah kamu dari mana asal hujan? Sontak para anak-anak milenial ramai-ramai menjawab serentak: Hujan itu air matanya tuhan, lah…
Manizzz zkaliii…!!!
Gimana, kamu masih menganggap bahwa kijan alias kids zaman now (dan yang campur micin) itu keren?
Di hadapan pikiran anak-anak generasi milenial, para Kijan itu tidak lebih dari sekadar iklan pembalut–beraninya cuma menampilkan pembungkus. Artinya, modal tampang doang, tapi isi… nol besar.
Dengar nih, senakal-nakalnya dan sebodoh-bodohnya anak milenial, itu hanya ada dalam akalnya, dan tingkah lakunya masih normal serta (masih lumayan) bermoral. Sementara kebanyakan Kijan, sudah nakal dan bodoh dari akal, ditambah lagi tingkah laku yang lebih tidak masuk akal dan brutal.
Discussion about this post