Masa SMP seminggu lagi akan berakhir. Bayang-bayang gerbang SMA mulai menghantui seluruh siswa kelas delapan, tidak terkecuali Kayla Day. Kayla Day merupakan salah satu siswa kelas delapan yang sedang menghabiskan waktunya di akhir-akhir masa SMP. Di penghujung waktu masa SMP ini, seluruh siswa kelas delapan SMP Miles Grove dikumpulkan dalam sebuah aula. Ibu Rosh mengumumkan beberapa nama siswa yang mendapatkan penghargaan. Wyatt Conville dan Dawn Ringelheim menjadi nama pertama yang disebutkan dan mendapatkan predikat paling atletik. Menyusul kemudian nama Kayla Day sebagai satu dari dua siswa paling pendiam. Membungkam mulut dan menutup matanya secara paksa sembari menundukan kepala menjadi reaksi pertama yang ditunjukkan oleh Kayla sesaat setelah mendengar namanya disebutkan sebagai siswa paling pendiam. Setelah pengumuman penghargaan yang diberikan kepada beberapa siswa, kotak kapsul waktu yang dibuat dan diisi oleh masing-masing siswa saat duduk di bangku kelas enam dibagikan. Pembagian sekaligus pengembalian kapsul waktu ini menjadi tanda bahwa siswa telah berhasil melewati masa SMP-nya. Para siswa kemudian latihan musik untuk penampilan di acara wisuda nanti.
Setibanya di rumah, Kayla berdebat dengan ayahnya, Mark Day. Kayla mendapatkan masukan dari ayahnya bahwa dia perlu untuk lebih sering berada di luar, tidak hanya melulu menghabiskan waktunya di kamar bersama dengan gadget dan laptop miliknya. Perdebatan ini membuat Kayla marah dan meninggalkan ayahnya seorang diri di meja makan. Menghabiskan waktu di dalam kamar sendiran menjadi satu-satunya pilihan dan kesenangan untuk Kayla. Membuat video youtube, menonton tutorial make up, stalking followers instagram, mengisi kolom komentar pada beberapa foto yang mengisi dinding instagram. Kegiatan seperti itulah yang menjadi favorit Kayla untuk dilakukan. Gadget dan laptop menjadi teman setianya setiap hari. Kayla tidak membutuhkan teman. Cukup dengan menggenggam gadget miliknya dapat membuat dirinya lupa waktu dan lupa pada kenyataan bahwa ia tidak memiliki teman di dunia nyata.
……………………………
Eighth Grade menjadi salah satu film yang direkomendasikan oleh seorang senior untuk saya tonton. Menurutnya, film ini bagus dan menarik, selain itu dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa Psikologi, maka film ini cocok untuk ditonton dan dikaji dari sudut pandang Psikologi. Dan ternyata benar, film ini memang menarik untuk ditonton, terlabih bagi generasi milenial yang melek teknologi. Film yang disutradarai oleh Bo Burnham, seorang komedian sekaligus penulis film muda asal Amerika ini mengangkat cerita yang menggambarkan seorang gadis berusia 13 tahun tengah berjuang melewati masa-masa akhir SMP, dibarengi dengan kebiasaannya yang candu akan gadget dan laptop untuk membuat video youtube, kenyataan bahwa ia tidak memiliki teman, memiliki kepercayaan diri yang rendah, serta fakta yang mengerikan bahwa ia mencoba menawarkan oral seks terhadap teman laki-laki sekelasnya yang menarik perhatiannya. WOW !!! Kisah yang tidak jarang kita temui di masa sekarang ini, that’s why mengapa saya sangat merekomendasikan kalian para pembaca ketjeh Kamputo.com untuk menonton film ini dan menarik banyak pelajaran di dalamnya. Lets play to discus about this film.
Terdapat 2 poin penting yang saya garis bawahi setelah menonton film yang baru rilis tahun 2018 ini. Pertama adalah candu akan gadget dan yang kedua adalah tentang kepercayaan diri. Kayle yang candu akan gadget membuat dirinya kesulitan berinteraksi dengan dunia nyata. Ia tidak memiliki teman sebab tidak tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain. Jelas saja hal ini menjadi masalah besar dan berbahaya. Apa yang terjadi pada Kayle banyak kita saksikan pada generasi milenial saat ini. Dunia yang kini berada di genggaman membuat mereka lupa bahwa dunia yang ada dalam genggaman adalah maya, sedangkan tempat mereka berpijak adalah nyata. Untuk dapat berinteraksi di dunia maya hanya membutuhkan kelihaian jemari untuk mengetik huruf demi huruf, sedangkan dalam dunia nyata kita butuh kecakapan dalam memadukan kata perkata untuk dirangkai dalam kalimat lalu diungkapkan menggunakan mulut dengan suara yang lantang.
Kita yang candu akan gadget menjadi lupa bahwa hal demikian akan mematikan jiwa sosial. Padahal kita sama-sama tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Benar melalui gadget kita tetap bisa melakukan interaksi, tapi yang perlu diingat adalah bahwa kita bernapas dalam dunia nyata. Maka yang perlu dilatih adalah sosialisasi dalam dunia nyata, bukan melatih kelihaian jari-jemari mengetik pada keyboard handphone. Tidak heran mengapa hal ini membuat para remaja atau dewasa menjadi sedikit kaku ketika berinteraksi secara langsung. Bagaimana tidak, mereka hanya pandai memainkan jari-jemari dalam berinteraksi dan akhirnya kesulitan untuk berbicara secara langsung melakukan eye contact dengan lawan bicara. Saya ingin membagikan satu hal menarik. Sesungguhnya, salah satu hal yang membuat seseorang kesulitan untuk berinteraksi secara langsung adalah tidak dapat melakukan eye contact. Silahkan dites, seseorang yang sering berinteraksi secara langsung dapat dengan mudah menatap mata lawan bicaranya secara tajam dan waktu yang lama, sedangkan mereka yang kesulitan berinteraksi akan cenderung menunduk dan beberapa gesture lainnya yang mencurigakan. Etss jangan kamu ribut lagi itu, rahasianya kita ini (baca dengan dialeg bungku). Hwehehe
Next, poin kedua adalah kepercayaan diri. Kayle memiliki kepercayaan diri yang sangat rendah. Ia selalu merasa cemas ketika berada di keramaian, merasa takut, dan emosi-emosi negatif lainnya. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Mari mengkajinya dengan memahami konsep atau definisi dari kepercayaan diri itu sendiri. Apa itu kepercayaan diri? Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian berupa keyakinan atas kemampuan diri sendiri. Orang yang percaya diri tidak akan terpengaruh oleh orang lain serta dapat bertindak sesuai dengan kehendak yang diinginkan. Selain itu, orang yang percaya diri juga dapat hidup dengan bahagia dan optimis serta terhindar dari kecemasan. Kepercayaan diri ini merupakan salah satu syarat esensial bagi individu untuk dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas. Namun kepercayaan diri ini tidak tumbuh dengan sendirinya. Ia membutuhkan proses interaksi yang sehat di lingkungan sosial yang berlangsung secara kontinu dan berkesinambungan. Nah, saya yakin setelah membaca definisi kepercayaan diri ini, kalian para bacawers (sebutan saya untuk para pembaca Kamputo.com) menjadi paham kenapa Kayle tidak memiliki kepercayaan diri. Apa hayo? Saya beri waktu 5 detik untuk berpikir.
5
4
3
2
1
Oke cukup. Pasti jawaban bacawers sekalian adalah karena Kayle tidak melakukan interaksi yang sehat.
Benar, Kayle tidak melakukan interaksi yang sehat di lingkungannya. Bagaimana ia bisa berinteraksi dengan sehat jika yang dilakukan hanyalah memainkan gadgetnya setiap saat. Nah, inti dari 2 poin yang saya sampaikan adalah bahwa candu pada gadget dapat mematikan jiwa sosial. Ketika jiwa sosial tidak lagi ada dalam diri kita, maka tidak akan terjadi interaksi yang sehat. Dan ketika tidak terjadi interaksi yang sehat, maka lambat laun salah satu dampak yang dapat kita rasakan adalah menurunnya kepercayaan diri. Saat seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah, maka ia akan selalu merasa cemas, kesulitan bersosialisasi, terbatas dalam beraktivitas, tidak bahagia, tidak mencintai dirinya sendiri, dan hal-hal negatif lainnya.
Penghayatan saya setelah menonton film ini adalah bahwa film ini mencoba mengomunikasikan kepada para penontonnya bagaimana masalah yang dihadapi oleh anak-anak remaja masa kini yang jauh lebih banyak menghabiskan waktunya bersama gadget miliknya. Memberikan penegasan tentang dampak negatif gadget melalui cerita yang menggambarkan Kayle tidak memiliki teman dan kesulitan untuk berinteraksi menjadi salah satu poin yang sangat mengedukasi. Ini salah satu alasan mengapa film ini menjadi sangat menarik.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin berpesan kepada bacawers ketjeh Kamputo.com. Pertama, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan selagi itu benar dan positif. Jangan pernah membatasi diri untuk melakukan hal-hal positif dan bermanfaat. Jika kamu memiliki banyak kesibukan, maka kamu tidak akan memiliki waktu untuk bersedih, stalking mantan, atau meratapi harapan yang tak kunjung memberi kepastian. Kedua, gunakan gadget dengan sebaik-baiknya, seperlunya, dan sebermanfaat yang bisa kamu lakukan. Kuasai dunia dengan sebaik mungkin menggunakan gadgetmu, tapi jangan biarkan gadget menguasai duniamu. Ketiga, tontonlah film sesuai umur, sehingga tidak menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. *eh
Oke becanda. Tontonlah film atau sinetron yang berkualitas dan jangan lupa untuk menjadi penonton yang cerdas. Industri film tanah air saat ini justru banyak yang memberikan tontonan pembodohan, sehingga sebagai penonton kita perlu cerdas untuk menyimak. Jangan larut dalam alur atau plot-plot negatif yang ditayangkan, tetapi jadikan hal-hal tersebut sebagai bahan pembelajaran sehingga tidak akan terjadi atau bahkan dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Intinya, be smart people saat menonton.
………….
Nah, untuk mendukung tulisan dari saya terus berlanjut, silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar dan tulis hal-hal apa yang menarik untuk kita kaji bersama dengan memberikan sentuhan Psikologi. Semoga Allah tidak mematikan jiwa empati saya sehingga kesenangan untuk berbagi melalui tulisan dapat terus saya lakukan. See you the next writing, yuhuuuuuu.
Discussion about this post