Kabar duka itu hadir bak petir di siang bolong. Sejarawan kebanggaan Morowali Drs. Syakir Mahid, M. Hum berpulang ke pangkuan ilahi. Ia menghembuskan nafas terakhir pada usia 60 tahun setelah berjuang melawan penyakit jantung yang dideritanya di RS Budi Agung, Palu, Rabu (15/7).
Lelaki yang berprofesi sebagai Dosen Prodi Pendidikan Sejarah di Universitas Tadulako itu akrab disapa Pak Syakir. Lahir di sebuah desa yang menjadi saksi sejarah awal beridirinya Kerajaan Bungku, Desa Lanona pada 11 November 1959. Di tanah kelahirannya pula, Raja Bungku pertama Peapua Lambeja dan keluarga dimakamkan.
Walaupun telah berpindah domisili di Kota Palu pada awal 2000-an, beliau merupakan Miano Tobungku (asli Tobungku). Beliau bersekolah di SDN Bahomoleo pada 1970, kemudian melanjutkan SMP pada 1973 dan SMA pada 1977 di Kota Bungku. Sedangkan pendidikan S1 beliau tempuh di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Manado pada 1985 dan pendidikan S2 pada Jurusan Ilmu Antropologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta di tahun 2002.
Pak Syakir merupakan orang pertama yang menuliskan Sejarah Kerajaan Bungku. Sebuah karya yang penting bagi Masyarakat Morowali, sebab informasi dan data terkait suku Bungku dan Kerajaan Bungku sebelumnya hanya bisa didapatkan melalui tradisi tutur. Sejak buku yang diberi judul “Sejarah Kerajaan Bungku” itu diterbitkan pada 2012 oleh Penerbit Ombak, data dan informasi mengenai Kerajaan Bungku mulai bisa dirajut secara runtun, banyak peneliti menjadikannya sebagai referensi utama.
Buku yang disusun bersama kedua rekannya itu didukung oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Morowali dan PusSEJ Universitas Tadulako Palu. Memang isi buku sebanyak 194 halaman itu masih memiliki beberapa kekurangan, namun sebagai bahan rujukan awal, buku tersebut mendapat tempat penting dalam deretan referensi mengenai kerajaan bungku dan karakteristik Masyarakat Morowali pada umumnya.
“Masih banyak yang perlu dilengkapi dari buku ini, kita menunggu ada sejarawan atau peneliti muda yang ingin menelusuri dan menuliskan kembali Sejarah Kerajaan Bungku secara mutakhir,” pesan Pak Syakir saat ditemui pada pertengahan 2017 di kediamannya di Kota Palu.
Di usianya yang tak lagi muda kala itu, beliau cukup gencar melakukan upaya perlindungan aset kebudayaan suku Bungku. Pada medio 2017, Pak Syakir pernah mengusulkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali untuk membentuk Tim Cagar Budaya kabupaten. Desakan pembentukan tersebut didasari oleh keprihatinan pada aspek perlindungan dan pelestarian Cagar Budaya yang kerap kali diabaikan oleh Pemda Morowali.
Hal itu bukan tanpa alasan sebab dua situs yang telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) yaitu Benteng Fafontofure di desa Bahontobungku dan Majid Tua di Kelurahan Marsaoleh malah dibiarkan rusak dimakan waktu. Tidak ada usaha untuk melindungi, menjaga, dan melestarikkan situs BCB tersebut demi generasi Morowali ke depannya.
Pada 2006, Pak Syakir bersama beberapa rekannya mendirikan Pusat Penelitian Sejarah (PusSEJ) Universitas Tadulako Palu dan menjabat sebagai ketua pertama. Lembaga tersebut didirikan untuk mewadahi penelitian dan penerbitan buku-buku lokal di lingkup Sulawesi Tengah.
Semasa hidupnya, beliau telah banyak menghasilkan tulisan baik secara mandiri maupun kelompok di antaranya Orang Bungku Mengajar dan Belajar Kebudayaannya (2001), Permainan Rakyat Bungku (2002), Sosialiasi Nilai Budaya dalam Keluarga Etnis Bungku (2002), Sejarah Poso (2003), DPRD Poso Studi Sejarah Parlemen Lokal (2004), Sejarah Sosial Sulawesi Tengah (2009), Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah GPST di Poso 1957-1963 : Perjuangan Anti Permesta dan Pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah, dan Verifikasi Nilai Budaya Bahari “SASI” di Indonesia Timur (2013).
Kini Sejarawan kebanggan Rakyat Morowali itu tak lagi bersama kita, ia telah mendahului kita menuju dekapan keabadian. Kini ia menjadi simbol sekaligus pesan untuk kita semua, bahwa kebudayaan lokal harus terus dijaga dan dilestarikan sampai kapanpun.
Selamat melangkah kembali menuju keharibaan-Nya Pak Syakir. Karyamu, pengabdianmu, dan segala nasehat yang pernah engkau berikan akan selalu kami ingat.
Discussion about this post