Bro… Sis… eh maksud saya, Teha, kau masih ingat nangu? Nangu dalam Bahasa Indonesia, adalah Dongeng.
Sebelum ke situ, lebih dulu saya ingin menguraikan alasan penggunaan kata ‘teha’. Selain kenyamanan, kata ‘teha’ juga perlu dibumikan dan diakrabkan di telinga dalam pergaulan sehari-hari. Lebih dari itu, saya menghindari anggapan orang lain bahwa saya adalah bagian dari “party” yang belakangan ini mengidentikkan dirinya dengan sapaan Bro dan Sis. Kata yang sebenarnya lebih dahulu trend dikalangan anak gaul ketimbangan kelahiran Party tersebut. Oh Iya teha, lagi pula pembicaraan kita kali ini bukan berada pada ruang Party. Semoga kata ‘teha’ tidak asing di telingamu teha, tidak pula hilang ditelan perubahan jaman yang semakin gaul ini.
Kembali ke topik pembicaraan kita tentang nangu. Nangu atau dongeng, merupakan cerita lama yang menceritakan tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan atau fiksi (sumber: wikipedia). Dongeng juga bisa dipahami sebagai cerita yang dibangun pada keadaan-keadaan yang benar-benar tidak terjadi. Ngomong-ngomong, penjelasan terkait dongeng tadi menyinggung soal fiksi. Dan berbicara soal fiksi, ini mengingatkan kita pada sosok Rocky Gerung (RG) yang lagi viral saat ini, hal ini tengah menguasai media sosial akibat pernyataannya yang sangat fenomenal, akhirnya populerlah kata fiksi. Ia mencoba membandingkan antara Fiktif dan Fiksi. Silakan teha menerjemahkan kedua kata itu berdasarkan batas nalarmu. Saya tidak ingin mengadili pikiranmu, apapun hasilnya.
Oke, kembali ke laptop. Pertanyaan di atas (kau masih ingat nangu?) akan memanggil ingatan kita pada kebiasaan-kebiasaan yang secara turun-temurun dilakukan oleh para orang tua kita. Kebiasaan itu mereka lakukan sebagai pengantar tidur sang buah hati. Walaupun nangu dibangun pada cerita fiksi dan bersifat tradisional, dan penyajiannya sangat singkat, namun nangu juga disuguhkan untuk menghibur, mendidik, serta mengandung nilai-nilai moral. Nangu yang yang sering diceritakan oleh orang tua kita biasanya mengenai cerita pahlawan, legenda, dunia binatang, cerita penghibur, tentang hal-hal gaib, dan bahkan cerita khas daerah. Saya masih ingat nangu “Batu Manu (anak yang kena kutukan jadi ayam sebab suka bermain gasing)”, “Ana Elu (anak yatim piatu)” dan “Sangiantahi (Gurita Besar/Dewa Laut) yang di yakini orang Bajo sebagai dewa penjaga laut”, dan masih banyak lagi nangu yang mungkin teha pernah dengar, sekalipun nangu ini terdiri dari banyak versi. Silakan buat daftar cerita nangu-mu berdasarkan daerah masing-masing.
Soal nangu, teha mungkin pernah dengar lagu band Wayang dengan judul “dongeng”, lagu itu selain menceritakan tentang apa itu dongeng dan tujuan dongeng, ia menceritakan juga soal dongengnya orang-orang dewasa yang mengenal dan memahami warna bunga mawar, mengerti kenapa bunga mawar akan menjadi pilihan utama untuk menyatakan cinta. Mengerti kenapa bunga menjadi simbol yang mewakili seluruh perasaannya. Makanya saat teha suka sama cewek/cowok, teha lebih memilih “biarkan simbol yang berbicara”. Kalau diterima, bunga mawar disimpan di dalam kamar, tapi kalau ditolak, ya tempatnya yang paling bagus ditong sampah selain di injak-injak. Namun, sekarang sudah diganti jadi coklat, kue yang ada lilinnya, boneka dan balon warna-warni.
Dan apapun itu bentuknya, nangu selalu menyimpan berbagai macam cerita yang perlu untuk dirawat selain dijadikan pengantar tidur.
Berdasarkan masanya, kita perlu menarik ingatan kita sampai di mana nangu itu berhenti. Lalu kita akan mengajukan pertanyaan, kenapa nangu menjadi tidak popular lagi? Apa yang menyebabkan? Jika mengingat-ingat, mungkin nangu ini hanya dialami oleh mereka yang lahir di tahun 90-an, 80-an dan bahkan lebih mundur lagi. Ukuran spekulasi ini, selain kita mengenal nangu dan beberapa cerita dalam nangu, orang tua kita merupakan pijakan saya dalam membuat spekulasi perhitungan. Walalupun bersifat tidak tepat dan perlu diragukan kebenarannya. Membandingkan dengan fakta sekarang, kebanyakan dari kita sudah tidak meniru hal-hal yang dulunya dijadikan kebiasaan orang tua. Hal yang paling praktis adalah menggantikan nangu dengan gadget yang berisi memori lagu-lagu. Inilah awal terkuburnya nangu, hilangnya sebuah tradisi cerita pesan moral pengantar tidur.
Ada hal yang paling penting dalam nangu, selain memanggil ingatan kita pada kebiasaan orang tua dahulu, nangu tidak hanya mendidik dan menyampaikan pesan moral, tetapi dengan nangu manusia mencoba memahami berbagai peristiwa di alam semesta ini, saya memahami ini melalui cerita “sangiantahi”. Cerita Sangiantahi adalah nangu yang dibangun berdasarkan keyakinan suku bajo, bahwa Sangiantahi atau dewa laut adalah perwujudan dari kekuatan maha gaib atau Tuhan. Melaui nangu, manusia menjelaskan secara masuk akal makna berbagai peristiwa dan berkaitannya dengan peristiwa lainnya. Melalui mitos-mitos itu manusia lalu memahami pada tingkat yang sangat sederhana, misalnya dari mana datangnya bahaya ketika laut tidak dijaga dengan baik, dari mana datang bencana alam ketika bumi tidak dirawat dengan baik, dan seterusnya. Dengan pemahaman yang sangat sederhana itu, mereka dapat menata kehidupannya secara lebih baik. Misalnya menjaga segala bentuk kerusakan di laut dan darat. Hmm… sepertinya saya terlalu serius teha?! J
Jadi teha, kalau nangu itu dianggap sebagai cerita mitos, saya berharap mulai saat ini kita tidak menambah kata ‘mitos’ pada cerita mitos. Maksud saya, kalau menangu (mendongeng) dulu dianggap kebiasaan atau mungkin tradisi orang tua untuk menghibur dan pengantar tidur sang buah hati, kenapa kita tidak merawatnya dengan cara membacakan cerita dongeng atau menceritakan nangu yang kita tahu? Sebelum tradisi ini hilang ditelan jaman geol atau menjadi cerita tradisi yang pernah ada (mitos).
Teha, kita berharap semoga masih ada yang menangu di jaman ini, dan bahkan di masa mendatang. Ini sekaligus harapan agar teha yang membaca tulisan ini, tapi belum menikah, semoga disegerakan menikah agar bisa menangu kepada anak-anakmu, bagi yang sudah menikah silakan memilih apakah masih dengan gadget dengan lagu-lagu popular atau memilih membacakan atau menceritakan dongeng.
Discussion about this post