Para pelajar dan mahasiswa Morowali akhirnya mendapat angin segar di akhir pertengahan tahun ini. Program bantuan beasiswa pendidikan untuk Mahasiswa Morowali akan direalisasikan pemerintah. Selama seminggu terakhir, syarat-syarat untuk mendapatkan beasiswa ini sudah banyak beredar di sosial media terutama di grup-grup WhatsApp.
Kabar ini tentu saja menjadi semacam oase di tengah gurun sebab pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak enam bulan terakhir benar-benar menghantam seluruh sektor kehidupan terutama sektor ekonomi masyarakat. Di saat kondisi perekonomian yang cukup sulit, Pemerintah Kabupaten Morowali masih memikirkan nasib generasi penerusnya dengan cara memberikan bantuan beasiswa.
Namun dibalik kabar baik tersebut, rupanya masih ada hal yang tak boleh luput dipertanyakan. Kala pertama kali mendapat broadcast yang berisi persyaratan beasiswa, saya langsung menyernyitkan dahi dan bergumam dalam hati “Pemda Morowali niat membantu gak sih ?”. Apa yang saya risaukan ternyata juga dipikirkan oleh mahasiswa lainnya sebab persyaratan untuk mendapatkan beasiswa ini aslinya ribet, menguras biaya, tenaga, dan berbelit-belit. Dengan kata lain, boleh dibilang Pemda Morowali tidak memiliki sense of crisis atau pemahaman akan krisis ketika memutuskan memberi bantuan beasiswa di tengah pandemi. Tidak percaya? let us find the truth!
Bantuan biaya pendidikan yang disediakan oleh Pemda Morowali terdiri atas dua jenis yaitu beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu dan berprestasi. Persyaratan untuk keduanya secara umum sama, perbedaannya hanya terletak pada surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Morowali untuk mahasiwa kurang mampu dan surat keterangan berprestasi yang dikeluarkan oleh Rektor/Dekan dengan IPK minimal 3.50 untuk mahasiswa berprestasi.
Sedangkan persyaratan yang sama di antaranya membutuhkan surat permohonan secara tertulis kepada Bupati Morowali, KTP mahasiswa dan orangtua/wali, KK untuk anak angkat, slip pembayaran SPP, KTM atau surat keterangan aktif kuliah, KRS, KHS, dan rekening Bank Sulteng yang semuanya membutuhkan LEGALISIR. Catat legalisir !
“Sekilas persyaratan bantuan beasiswa sekarang mirip dengan bantuan beasiswa sebelumnya di zaman Pak Anwar Hafid. Mungkin mereka hanya mengedit nama bupatinya saja” seru teman saya saat diskursus terkait beasiswa ini.
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa persyaratan untuk mendapat beasiswa ini harus dipermudah. Pertama adalah sistem perkuliahan yang masih berjalan secara daring hingga akhir tahun. Kampus-kampus diliburkan, para dosen melakukan kegiatan perkuliahan dari rumah masing-masing, pun dengan para staf/karyawan kampus. Kalau kondisinya seperti ini, bagaimana mungkin mendapatkan legalisir seperti yang diminta oleh Pemda Morowali ?
Kedua adalah aksesibilitas kampus yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat tujuan utama mahasiswa Morowali melanjutkan kuliah di antaranya kota Palu, Kendari, Makassar, dan Yogyakarta. Mahasiswa Sulawesi tentu saja diuntungkan dengan adanya bantuan beasiswa ini sebab jarak tempuh ke kota perantauan mereka dekat. Berbeda halnya dengan mahasiswa di luar Sulawesi yang jauh dan harus menghabiskan biaya perjalanan yang menguras kantong untuk sekali jalan.
Ketiga adalah biaya. Beberapa teman sekampung saya memutuskan untuk kembali ke perantauan demi mengurus legalisir persyaratan beasiswa. Padahal kondisi perekonomian sedang carut-marut, namun mereka tidak punya pilihan lain. Bantuan beasiswa ini sangat dibutuhkan sebab sektor ekonomi sedang berada di ujung tanduk. Kota Palu misalnya yang memiliki basis mahasiswa Morowali tersebar. Untuk menuju kota ini dengan dengan menggunakan tranportasi umum membutuhkan biaya sekira 500 K pulang-pergi. Ini untuk mahasiswa Palu, lalu bagaimana dengan mahasiswa luar Sulawesi yang menggunakan pesawat ?
Keempat adalah masih tingginya angka kasus Corona di Indonesia. Sekalipun pemerintahan Indonesia telah melakukan kebijakan relaksasi dengan mengusung era “new normal”, namun penyebaran virus Corona belum bisa dikendalikan, pun dengan anti virusnya yang sampai sekarang belum ditemukan. Persyaratan beasiswa yang membutuhkan legalisir membuat mahasiswa harus kembali ke perantauan. Walaupun rapid test diberlakukan secara gratis sehingga meminimalisir biaya pengurusan beasiswa, siapa yang menjamin mahasiswa yang pulang-balik perantauan terbebas dari virus?
Tak hanya itu, persyaratan untuk beasiswa mahasiswa berprestasi dengan menerapkan IPK minimal 3.50 sangat tinggi. Bahkan kampus-kampus di Indonesia yang masuk dalam jajaran 10 kampus terbaik di Indonesia tidak melakukan hal serupa dalam penjaringan mahasiswa beprestasi. Sebaiknya para pembuat kebijakan harus menurunkan standarisasi ini.
Masalah lainnya adalah ketidakjelasan jumlah penerima beasiswa. Jika pada periode pemerintahan Bupati sebelumnya, semua mahasiswa Morowali tanpa terkecuali menerima beasiswa. Pemerintahan saat ini belum diketahui sebab tidak ada sosialisasi dan penjelasan dari dinas terkait. Bahkan jumlah nominal beasiswa yang akan diterima tidak diketahui pasti, apakah jenjang S1, S2, dan S3 mendapatkan jumlah yang berbeda atau sama rata.
Boleh dikata, bantuan beasiswa pendidikan yang menjadi lanjutan program andalan dari bupati sebelumnya. Terlebih lagi visi-misi mulia pemerintah saat ini diberi tag-line “Morowali Sejahtera Bersama”. Sayangnya, jika sistem pengurusan beasiswa masih memakai sistem lama, ditambah dengan kondisi pandemi yang membuat kampus-kampus diliburkan dan berakibat pada sulitnya pengurusan administrasi kampus, lalu bagaimana program ini akan berjalan dengan baik ?
Seharusnya, sistem lama diperbaharui agar di pemerintahan sekarang memiliki sistem yang lebih efektif dan efisien sehingga penyaluran beasiswa dapat terealisasi dengan baik. Apalagi kondisi pandemi saat ini membuat gerak aktivitas dan layanan luring atau tatap muka dibatasi sehingga jalan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah tidak perlu ada legalisir sana-sini.
Menyejahterakan masyarakat Morowali bisa dilakukan jika seorang pemimpin benar-benar memiliki niat dan hati tulus untuk menyejahterakan masyarakatnya, itu dapat dilihat ketika daerahnya sedang didera bencana, seperti sekarang ini. Kita tunggu saja…!
Discussion about this post