Di beberapa belahan dunia, durian dijuluki the king of fruits atau raja buah mengalahkan buah apel dan anggur yang sering menjadi favorit banyak orang. Bahkan, harimau si raja hutan yang sekaligus sebagai karnivora (pemakan daging) sangat menggemari buah durian. Buahnya yang berduri dengan aroma menyengat bertolak belakang dengan rasanya yang manis, semanis senyuman kamu, iya kamu. Pesona buah durian ini memang membius para pecinta buah untuk mencicipinya. Selain karena rasa manisnya, juga karena buah durian memiliki banyak daging sehingga juga mendapat julukan the steak of fruit. Bagi yang memakannya, siap-siap tego (bersendawa selepas makan durian) dengan bau menyengat dan terkadang bikin orang yang menghirupnya mual-mual. Ah lebay !
Sayangnya walaupun memiliki penggemar fanatik, buah durian juga memiliki haters garis keras. Di saat musim durian tiba, yang menggemari merasa bahagia sedangkan yang tidak suka akan tersiksa indra penciumannya. Lalu, mengapa durian memiliki bau yang sangat menyengat ?
Sedikit informasi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh National Cancer Center (NCC) dan Duke-NUS Medical School Singapura disebutkan bahwa senyawa sulfur volatil (VSC) atau senyawa bau lebih banyak ditemukan pada buah durian dibandingkan buah lainnya. Senyawa yang dihasilkan oleh gen bernama metionin gamma lyases ini akan aktif ketika buah matang dan menghasilkan bau yang tidak biasa. Sampai di sini paham kan coy ? oke lanjut…
Di Bungku, musim durian selalu menyapa di bulan Februari dan seperti tahun-tahun sebelumnya, fenomena-fenomena berikut menjadi penghias ketika musim durian datang. Penasaran ? cekidot
1) Menjadi juragan musiman (padola luria)
Dalam kamus KBBI versi Bahasa Bajo, padola diartikan sebagai penjual dan menjadi padola durian adalah salah satu cara tercepat untuk menjadi horang kaya baru. Tapi ingat, ini hanya musiman seperti cintamu yang musiman, eh ?. Harga jual durian memang terbilang cukup menguras kantong namun itu tak berarti apapun setelah mencicipi buahnya. Dengan uang 100 K kita (hah kitaaa ???) bisa membeli 5-6 durian tergantung ukuran buahnya. Dan beruntung bagi si padola durian, jika tiap hari mampu menjual 20 durian maka didapatkan keuntungan Rp, 400.000 (hitung sendiri pendapatan dalam sebulan).
Tak heran, munculnya padola durian dadakan menjadi pemandangan lumrah yang disaksikan ketika musim durian tiba. Hampir di tiap desa, tempat yang biasanya dijadikan sarana bergosip ria oleh ibu-ibu milenial di sore hari berubah menjadi tempat menjajakan buah durian lengkap dengan buah pelengkap seperti rambutan, manggis, dan langsat. Semuanya buah lokal yang kalau kata Opa dalam serial kartun Upin-Ipin harus dikonsumi supaya kene sehat (baca pakai logat Malaysia).
Jangan salah, menjadi juragan durian dadakan benar-benar profesi yang menjanjikan coy. Harga jual yang lumayan tinggi menggiurkan siapapun untuk menggelutinya. Dari anak-anak sampai dewasa, semuanya berburu durian jika musimnya tiba. Maka tak heran jika malam tiba dan mendapati banyak penduduk kampung yang mendadak hilang, tidak usah dicari serius. Karena mereka sedang menikmati malam bersama pohon durian. Unch
Karena Morowali sekarang sudah menjadi salah satu kawasan industri baru di Indonesia Timur, maka tak heran laju perekonomiannya juga mengalami kenaikan yang signifikan. Kalau dulu, durian yang dijual hanya berasal dari Morowali sekarang daerah luar ikut-ikutan mengekspor duriannya memasuki pasar bebas di Morowali. Makanya tak heran, durian yang dijual sekarang tak memiliki rasa lokal durian Morowali yang katanya memiliki rasa khas. Ah masa iya ? tak ada gunanya berdebat tentang rasa duriannya toh ujung-ujungnya masuk juga di perut dan diakhiri tego berkepanjangan.
2) Munculnya perkampungan durian
Hampir tiap desa di Morowali memiliki pohon durian pusaka dan ini tersebar di sepanjang desa-desa di Kec. Bungku Tengah-Timur. Salah satu desa penghasil buah durian terbanyak selain Desa Sakita adalah Tofuti alias Naka dan salah satu perkebunan legendnya adalah Luria Masigi. Ketika musim durian, penduduk desa baik dari Naka maupun Sakita akan berbondong-bondong ke Luria Masigi untuk mojaga luria (tradisi menunggu durian jatuh dengan menginap beberapa malam). Berbekalkan karung, sarung, serta alat penerang, mia mohulu luria (pencari durian) akan stand by 24 jam menunggu. Dan katanya, miano Naka hampir mendominasi kepemilikan saham pohon durian di Luria Masigi. Terus miano Sakita kansema ? tenang, tenang, karena kepemilikan saham pohon durian orang Sakita berada di Laro Luria.
Dan hal ini berdampak pada munculnya perkampungan dadakan di tengah hutan. Hampir di setiap petimoia luria (lokasi menjaga durian) akan didapati raha-raha (bangunan rumah). Ukurannya kecil, biasanya berukuran 2×2 meter dan diapagari papan untuk menghalau dinginnya udara di malam hari. Keakraban akan terlihat sepanjang hari karena tiap kali mendapati raha-raha, mereka akan saling bertegur sapa, berbincang-bincang, dan diakhiri dengan pertanyaan “opiamo luriamu (sudah berapa durian yang kamu dapat ?”. Saat malam tiba, mereka akan saling mengunjungi, membicarakan banyak hal yang topiknya tidak jauh-jaun dari durian dan bagi yang tidak dikunjungi tenang, karena yang datang biasanya mereka yang berpakaian putih-putih. Hohoho just a joke
3) Dompo sebutan untuk Dodol
Ini bagusnya menjadi padola durian karena buah yang tidak laku dan sudah mulai sepi pembeli bisa diolah menjadi dompo atau dodol durian yang harga jualnyapun lumayan. Daging durian diambil dan dicampur dengan gula pasir dan tepung. Kemudian dimasak sampai tercampur rata dan berwarna kecoklatan. Hasil akhirnya seperti selai coklat yang kemudian dibungkus menggunakan plastik. Biasanya dompo digunakan sebagai bahan campuran pada kue. Satu bungkus plastik dodol durian dengan berat 1 Kg dibandrol dengan harga Rp 150,000. Mahal kan ?
4) Gojek durian
Durian yang didapatkan setelah metimoi luria semalaman bisa mencapai puluhan bahkan ratusan setiap harinya. Jumlahnya yang banyak ditambah buahnya yang berduri sedikit menyulitkan untuk dibawa pulang. Maka, layanan gojek online durian bermunculan. Sama dengan para tukang ojek di sinetron Tukang Ojek Pangkalan, para driver gojek durian akan stand by menunggu. Bedanya hanya motor yang menunggu di parkiran antah-berantah sedang pemiliknya akan menjemput langsung si durian di raha-raha. Pembangunan jalan tani beberapa tahun terakhir semakin memudahkan para petani yang ingin ke kebun walaupun dengan jarak tempuh yang jauh. Pun bagi para gojek durian. Tarif untuk memesan gojek durian berkisar antara Rp 50,000-100.000 tiap kali jalan.
Nah itulah beberapa fenomena yang sering dijumpai ketika musim durian tiba. Bagaikan yin dan yang, buah durian juga mendatangkan keberkahan dan kesusahan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Berkah bagi si penjual dan penggemarnya dan penyiksaan bagi yang membenci bau khasnya. Tampilan luarnya yang berduri hanyalah tipuan karena di dalam buahnya tersembunyi daging buah yang lezat.
Apa? Tunggu saya bahas musim pilpresnya yah? Emang ulasan ini Cuma musim durian kan, seperti judulnya, musim pilpres tak ada di sini…!
Discussion about this post