Publik belum lama ini dibuat heboh oleh pernyataan presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang menyebut bahwa Jakarta berpotensi tenggelam dalam satu dekade ke depan. Pernyataan tersebut ia sampaikan di Kantor Intelijen Keamanan Nasional Amerika Serikat saat melakukan kunjungan kerja pada Selasa (27/7). Rupanya, pernyataan Biden tersebut turut diamini oleh Greenpeace Asia Timur yang mengungkapkan bahwa sekitar satu per lima daratan Jakarta lebih rendah dari permukaan air laut dan penggunaan air tanah yang berlebihan menyebabkan penurunan tanah rata-rata 1-15 cm per tahun.
Lalu, jika benar proyeksi Biden bahwa Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun ke depan, bagaimana dengan permukaan air laut di daerah lain seperti Kabupaten Morowali misalnya? apakah berpotensi mengalami kenaikan?
Pertanyaan ini terjawab melalui laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang belum lama ini rilis. IPCC merupakan bagian dari badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang berfokus menganalisa perubahan iklim secara global terkait perubahan iklim, dampak, dan potensi resiko yang ditimbulkan di masa yang akan datang. Bagi pengelola kebijakan baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten, hasil penelitian IPCC berguna untuk mendesain rencana pengelolaan kawasan pesisir dan penentuan kebijakan secara tepat.
Pada 9 Agustus 2021, IPCC merilis laporan ke-6 (Assessment Report 6/AR6) dari kelompok kerja I. Laporan ini diperoleh melalui survei dan pengumpulan berbagai literatur dari seluruh dunia dengan berbagai skenario yang kemungkinan terjadi di masa depan. IPPC memanfaatkan alat proyeksi permukaan laut NASA untuk menganalisa potensi kenaikan permukaan laut baik secara global maupun regional antara 2020-2150.
Proyeksi permukaan air laut di sekitar Morowali antara 2020-2150
Kabupaten Morowali memiliki luas perairan 29.963 km2 dengan panjang garis pantai sekitar 650 km2. Sebagian besar wilayahnya terletak di kawasan pesisir yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Jika proyeksi ini benar terjadi, maka masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir akan menjadi korban terdampak pertama akibat kenaikan permukaan laut, sehingga mau tidak mau nantinya mereka harus berpindah ke dataran yang lebih tinggi dan jauh dari garis pantai. Proyeksi kenaikan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut berdasarkan skenario SSP3-7.0 dengan titik koordinat 2°50’42.0″S 123°01’18.2″E.
Berdasarkan proyeksi SSP3-7.0 yang dicantumkan pada tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan permukaan laut kawasan pesisir sekitar Kabupaten Morowali tepatnya di laut Banda dari tahun 2020 hingga 2150 dengan rata-rata peningkatan permukaan laut 0,45 meter. Tingginya populasi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir menimbulkan resiko ekonomi yang besar apabila terjadi kenaikan permukaan laut hingga mencapai kawasan pemukiman. Jumlah keseluruhan masyarakat pesisir Morowali yang menghuni wilayah Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, dan Menui Kepulauan yaitu sebanyak 71.093 jiwa. Meskipun upaya pencegahan kenaikan permukaan laut melalui penurunan pemanasan global bukan hal yang mudah, tetapi harus mendapat perhatian bersama oleh seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
Berikut grafik proyeksi kenaikan permukaan laut banda berdasarkan tabel di atas.
Kenaikan pemukaan laut tidak menjadi dampak satu-satunya dari pemanasan global. Efek lainya berdasarkan AR6 yaitu adanya perubahan pola curah hujan sehingga membuat banyak daerah mengalami kekeringan dan banjir. Kondisi cuaca ekstrim ini juga berimbas pada keterbatasan ketersediaan pangan. Dilansir dari The Guardian, Dosen senior Institut Grantham, Bonnie Waring mengatakan “Lebih dari 80 % kalori yang dikonsumsi di seluruh dunia berasal dari 10 tanaman termaksud, gandum, beras, dan jagung. Meskipun beberapa tanaman tahan terhadap suhu panas seperti kedelai, namun suhu yang semakin memanas dan kering menyebabkan pertumbuhan sebagian besar bahan pokok terhambat dan beresiko terhadap kelangkaan bahan pangan”.
Apa yang menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan laut ?
Mencairnya es di kutub. Sebagian besar air es di bumi membeku terutama yang terletak di Antartika, Greenland, dan gletser diseluruh dunia. Ketika es mencair, maka akan memasuki lautan sehingga menyebabkan permukaan laut meningkat. NASA melaporkan apabila seluruh lapisan es mencair maka akan menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga 60 meter. Sejak 2012 hingga 2017, NASA terus melakukan pengukuran terhadap lapisan es menggunakan satelit GRACE dan satelit GRACE-follow on pada 2018. Satelit ini dengan jelas menunjukkan kondisi Greenland dan Antartika, serta gletser yang terus menyusut. IPCC dan US National Climate Assesment menyatakan bahwa mencairnya es di daerah kutub menjadi penyumbang terbesar terhadap peningkatan permukaan laut.
Ekspansi termal (pemuaian panas). Gas rumah kaca yang terperangkap dalam bumi menjadi penyebab pemanasan global, dan 90 % panas di bumi diserap dan terperangkap dalam lautan. Ketika panas diserap lautan, maka suhu air meningkat dan mengembang sehingga berkontribusi pada peningkatan air laut. Dikutip dari sealevel.nasa.gov, pengamatan permukaan laut menggunakan satelit, sensor drifting bersamaan dengan pengamatan pada laut bagian bawah permukaa dan kenaikan laut global menunjukkan ekspansi termal pada laut bagian atas menyebabkan permukaan laut naik pada abad ke-20. Pengamatan menggunakan satelit altimeter sejak 2004 menunjukkan adanya kenaikan permukaan laut sebesar sepertiga secara global akibat pemansan yang terus berlanjut.
Penyimpanan air tanah. Lautan merupakan siklus yang terintegasi dari siklus perairan di seluruh dunia. Adanya curah hujan, penguapan, dan aliran sungai memindahkan sejumlah besar air dari daratan menuju lautan. Pada dasarnya jumlah air di bumi tidak mengalami perubahan melainkan hanya berpindah dari daratan menuju lautan atau sebaliknya melalui siklus hidrologi berupa penguapan dan prespitasi/hujan. Dengan demikian, apabila proses perpindahan air dari darat menuju lautan terjadi, maka akumulasi air di laut bertambah banyak dan menyebabkan permukaan laut naik. Sebaliknya apabila terakumulasi di daratan, maka dapat menurunkan permukaan laut misalnya hujan lebat di Lembah Amazon, Australia, dan Asia Tenggara menyebabkan banyak air tertampung di daratan sehingga menurunkan permukaan laut setinggi 1 cm.
Apa saja kenyataan yang dihadapi berdasarkan laporan IPCC ke-6 ?
Grafik berikut menggambarkan perubahan suhu permukaan global (rata-rata tahunan) yang disimulasikan dengan faktor manusia dan alam (simulated human & natural) dan hanya alam (natural only).
Grafik di atas menunjukkan bahwa manusia telah menyebabkan pemanasan global sebesar <1,5 ᵒC, sementara aktivitas alam seperti matahari dan aktivitas gunung berapi berada pada jalur yang konstan (peningkatan tidak signifikan). Hasil laporan ini tak pelak menjadi peringatan bagi kita bahwa kegiatan manusia menjadi penyebab utama meningkatnya suhu udara. Populasi manusia akan terus meningkat di masa yang akan datang dan apabila penaggulangan krisis iklim tidak diupayakan sejak saat ini, maka beresiko bagi keberlangsungan seluruh eksosistem bahkan manusia di masa yang akan datang.
Singkatnya, berikut beberapa kenyataan yang dihadapi berdasarkan laporan tersebut :
1. Dibandingkan 1901-1971, tingkat kenaikan permukaan laut lebih tinggi tiga kali lipat pada saat ini
2. Suhu terpanas dalam sejarah adalah lima tahun terakhir sejak 1850
3. Pemanasan ekstrim seringkali terjadi sejak tahun 1950-an, sementara pendinginan semakin jarang terjadi
4. Suhu permukaan global lebih tinggi 1,09 ᵒC selama 10 tahun terakhir antara 2011-2020 dibandingkan dengan tahun 1850-1900
5. Kegiatan manusia sangat memungkinkan (90 %) menjadi penyebab utama mencairya glester sejak tahun 1990-an dan adanya penurunan jumlah es di lautan arktik
Singkatnya, pemanasan global yang berlangsung selama ini telah menyebabkan perubahan sistem penunjang di planet kita yang mana membutuhkan waktu lama untuk dapat dikembalikan seperti semula ratusan hingga ribuan tahun lamanya. Dan tentu saja ini menjadi kode merah bahwa kitalah yang telah menyebabkan peningkatan suhu atmosfer daratan dan lautan. Kalau sudah begini, masihkah kita terus-terusan merusak alam?
Discussion about this post