Tahukah kita? sebelum indonesia merdeka, ada benih sejarah yang berproses secara beruntun tumbuh hingga kemerdekaan diproklamirkan. Rangkaian perkembangan ini jika ditarik ke belakang tidak lain dipicu oleh busur panah kesadaran dan keterbukaan kesempatan belajar bagi rakyat Indonesia. Panah yang melaju itu membidik fokus tercapainya kehidupan yang adil dan merata bagi semua.
Jika kita kembali membuka sejarah sebelum masa pergerakan dan kemerdekaan hingga saat ini. Kita akan menemukan sebuah fakta bahwa kemerdekaan tidak dapat diraih hanya dengan merdekanya fisik, tetapi juga merdekanya pikiran dan batin. Sejarah itu dapat kita tengok kembali dalam ensiklopedia bangsa yang merekam alur masa penjajahan, pergolakan bersenjata, politik etis, pergerakan nasional, pergerakan politik hingga kemerdekaan. Kemerdekaan diraih karena adanya hubungan yang bersifat komplementatif dan akumulatif antara fisik dan akal.
Serentetan kisah pilu pernah mewarnai perjalanan republik ini dan meninggalkan luka memar yang belum hilang. 300 tahun lebih kisah penjajahan yang menelan banyaknya korban masih teringat di benak kita. Residu nananya masih menyengat indra penciuman kita. Sudah 74 tahun kita merdeka, monumen fisik bekas penjajahan itu masih dapat kita jumpai. Meski di sebagian tempat telah musnah, tetapi masyarakat masih mengenang kisah-kisah yang menyayat jiwa dan melekat kuat dalam ingatan bangsa ini. Harapan untuk tercapainya keadilan dan kemerdekaan paripurna masih terus diusahakan. Entah sampai kapan ?
Budi Utomo Cikal Bakal Kebangkitan Nasional
Hari ini, kita kembali mengenang 112 tahun “Hari Kebangkitan Nasional”. Hari yang ditandai dengan bangkitnya pikiran dan persatuan bangsa untuk menuju merdeka. Lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, disepakati sebagai awal kebangkitan nasional.
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang bertujuan menyadarkan rakyat pada masa Hindia Belanda untuk bangkit meraih kemajuan dengan cara mencerdaskan rakyat melalui pendidikan. Organisasi ini juga berusaha memperdalam kesenian dan kebudayaan. Kehadiran Budi Utomo pula lah yang membangkitkan rasa persatuan bangsa Indonesia hingga banyak lahir organisasi lainnya.
Budi Utomo didirikan oleh para mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Beberapa tokoh yang berpengaruh di antaranya dr. Wahidin, dr. Soetomo, Soeradji, dan Gunawan Mangunkusumo.
Ada banyak pelajaran yang wajib dipetik dari para pendirinya.
dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan penasehat Budi Utomo dikenal sebagai dokter yang dermawan dan suka bergaul dengan rakyat. Dirinya merasakan betul kesulitan rakyat sehingga tidak sungkan menolong masyarakat yang kesusahan. Semangat nasionalisme membebaskan rakyat dari penjajahan tumbuh dalam dirinya. Baginya salah satu hal untuk terbebas dari penjajahan adalah dengan membebaskan rakyat dari kebodohan. Atas dasar itu, ia kemudian melakukan kegiatan pengumpulan dana untuk orang-orang yang cerdas namun tidak bisa sekolah. Kegiatan tersebut dikenal sebagai “dana pelajar”.
Tokoh lainnya adalah dr. Sutomo yang merupakan ketua Budi Utomo. Ia juga dikenal sebagai dokter yang dermawan, karena banyak mengobati mayarakat tanpa biaya. Berkeliling untuk menggerakkan kesadaran bangsa akan pentingnya seluruh rakyat memperoleh pendidikan yang adil dan merata.
Adapun Soeradji dikenal aktif sebagai perantara antara pelajar yang aktif dalam Budi Utomo dengan masyarakat bumiputera yang hanya mampu menggunakan bahasa Jawa. Selain mereka, ada banyak tokoh lain yang juga ikut membesarkan Budi Utomo. Semangat memberantas kebodohan adalah misi utamanya.
Kekuatan massa apa yang ingin kita bangun di masa millennium ini ?
Hari Kebangkitan Nasional kembali mengingatkan kita bahwa pergerakan nasional hingga mencapai kemerdekaan tidak pernah terpisah dengan tercerahnya pikiran bangsa. Pikiran bangsa yang dikelola oleh kekuatan massa untuk menyalurkan akal sehat itu hingga ke pelosok sudah ada sejak dahulu.
Upaya untuk mencerdaskan bangsa dan membawa negeri ini keluar dari penjajahan itu ditempuh dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya konkritnya menghadirkan organisasi seperti Budi Utomo yang konsern pada pendidikan dan pendirian sekolah-sekolah rakyat atau taman belajar.
Hari ini, meminjam istilah Presiden Jokowi bahwa negeri ini kaya, dana ada, tapi tinggal kemauan. Namun faktanya negeri merdeka yang bercita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa ini juga belum menjamin ketersediaan pendidikan yang layak dan merata bagi semua rakyat.
Pendidikan masih saja menjadi barang mahal yang tidak dapat dimiliki oleh banyak masyarakat. Jutaan masyarakat miskin masih belum mampu menjangkau pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi, bahkan ada yang sama sekali tidak mampu bersekolah sekedar untuk mendapatkan pendidikan dasar.
Pendidikan inilah yang menjadi salah satu indikator perkembangan kualitas manusia di Indonesia. Sejak merdeka pembangunan kualitas SDM Indonesia cukup terlambat jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya. Di samping itu, antar daerah se-Indonesia pun masih terjadi disparitas pembangunan pendidikan dan SDM.
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 mengatakan Indikator Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sudah berada di kategori tinggi mencapai 71,92. Meski demikian, dimensi pendidikan belum menunjukkan pencapaian yang baik. BPS melaporkan bahwa harapan lama sekolah tumbuh menjadi 12.95 artinya rata-rata anak indonesia yang lahir di tahun 2020 hanya punya harapan sekolah sampai tamat SMA atau diploma 1 tahun, sedangkan realitanya rata-rata lama sekolah 8,34 tahun atau masyarkat Indonesia rata-rata hanya menamatkan sekolah sampai jenjang kelas IX SMP.
Belum lagi jika kita membandingkan perkembangan pendidikan di wilayah timur dan barat. Ketimpangan masih terpampang nyata. Lihat saja IPM Jakarta yang berada di atas dengan poin 80,76. Angka ini jauh meninggalkan IPM Papua yang baru mencapai angka 60,84 atau masih rendah.
Bangkitlah negeriku, bawa busur panah yang telah dilepaskan para tokoh pergerakan dan founding fathers ke fokus cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan rakyatnya. Kekuatan massa harus terus bergerak dan tanpa henti menyuarakan hadirnya dana pelajar atau pendidikan gratis bagi rakyatnya.
Pendidikan yang gratis, adil dan merata bagi semua rakyat dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan gratis adalah satu-satunya cara untuk mengikis ketimpangan antar keluarga dan masyarakat. Pendidikan gratis juga cara untuk memutus rantai kemiskinan yang semakin dalam dan parah.Pendidikan gratis wajib hadir untuk membangkitkan semangat dan asa anak-anak bangsa untuk terus menempuh pendidikan.
Terjangkaunya akses pendidikan bagi semua akan semakin mengokohkan ke-Indonesiaan kita, sebagaimana dahulu Budi Utomo dan para tokoh pergerakan hadir untuk membangun rasa memiliki Indonesia dan persatuan “orang Indonesia” melalui lembaga pendidikan. Pendidkan gratis akan membawa para anak-anak desa, masyarakat miskin kota, anak-anak buruh, petani dan nelayan juga merasakan buah dari 73 tahun kemerdekaan Indonesia.
Hanya dengan pendidikan yang gratis semua bisa berkontribusi untuk mengubah Indonesia ke arah yang lebih makmur dan sejahtera. Bahkan Indonesia akan menjadi kekuatan yang mengubah dunia jika akses pendidikan terbuka lebar bagi semua rakyatnya. Kita semua punya mimpi yang sama yang harus kita wujudkan. Iya, mencerdaskan kehidupan bangsa. Dana pelajar atau pendidikan gratis bagi semua adalah wujud nyata mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari bersama membangun kekuatan massa untuk menghadirkan pendidikan gratis di negeri ini. Segera. Bangkitlah Negeriku.
Selamat Hari Kebangkitan Nasional
*Penulis adalah pegiat literasi, mendirikan Sekolah Senja dan Rumah Baca Kacili Surabi di Morowali.
Discussion about this post