Tahun 571 M, di sebuah kota suci bernama Mekah, seorang perempuan soleh dari suku Bani Quraisy melahirkan bayi laki-laki yang nantinya menjadi pemersatu umat. Bayi tersebut diberi nama Muhamad yang kelahirannya disambut suka cita oleh banyak orang, pun alam berserta isinya.
Sebuah peristiwa penting tentang keegoisan, keserakahan dan kesewenang-wenangan seorang manusia yang kemudian dibinasakan oleh Tuhan juga menjadi saksi atas kelahiran Nabiullah Muhammad SAW. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun gajah (amul fiil) dan diabadikan dalam Al-Quran sebagai pengingat akan kekuatan Tuhan yang tak ada bandingannya.
Tahun penyerangan tersebut dalam kalender islam terjadi pada bulan rabiul awal yang juga menjadi bulan kelahiran Nabi Muhammad. Kelahirannya membawa cahaya dan kebaikan bagi seluruh umat, sehingga perwujudan syukur selalu diadakan tiap tahunnya. Umat Islam di seluruh dunia merayakan kelahirannya yang jatuh pada tanggal 12 rabiul awal dengan prosesi berbeda-beda.
Maulid, begitulah orang menyebutnya. Dalam bahasa arab, maulid atau maulud berarti hari lahir. Tradisi ini telah berkembang jauh setelah wafatnya Nabi Muhammad. Di Indonesia sendiri, maulid masih menjadi tradisi yang tetap terpelihara sampai sekarang walaupun dengan cara perayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya.
Sebut saja tradisi Muludhen di Pulau Madura (Jawa Timur), Grebeg Maulud di Mataram, Bunga Lado di Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat, Ngalungsur Pusaka di Garut (Jawa Barat), Kirab Ampyang di Loram Kulon (Jawa Tengah), Keresen di Mojokerto (Jawa Timur), Panjang Jimat di Keraton Cirebon, dan Maudu Lompoa di Takalar (Sulawesi Selatan).
Walaupun nama dan konten tradisi tersebut sedikit berbeda satu sama lain, namun pada dasarnya kesemua tradisi maulid tersebut dilakukan sebagai bentuk ekspresi kegembiraan dan penghormatan atas lahirnya pemimpin semua umat.
Di Kabupaten Morowali, tradisi maulid disebut dengan nama Maulu. Beberapa hari sebelum tradisi tersebut dilaksanakan, orang-orang akan berbondong-bondong membeli segala kebutuhan untuk membuat berbagai macam hidangan Maulu. Satu dari dua hal yang menjadi ciri khas adalah bunga male, sebuah pelepah pisang yang ditancapi aneka kue dan telur agar berbentuk bunga.
Tanpa telur, Bunga Male (bunga hiasan yang dibuat dari kertas minyak) tak ada artinya karena telur diibaratkan sebagai sebuah awal kehidupan, lahirnya manusia baru. Tak hanya itu, Kado Minya atau nasi ketan merah dengan irisan telur goreng, kina melene dongka atau kue tepung beras bercampur gula merah yang digoreng, berikut berbagai macam buah-buahan.
Kesemua kue dan buah-buahan tersebut disimpan dalam dulang besar ataupun piring. Khasnya, tiap rumah akan menyiapkan hidangan Maulu untuk dibawa ke masjid. Hidangan-hidangan tersebut akan dijajarkan dan diatur rapi di tengah-tengah orang yang duduk melingkar. Puncak dari acara maulu adalah pembacaan barzanji dan ceramah singkat terkait peringatan maulid.
Di akhir acara, ada sedikit kebiasaan yang boleh dikatakan baik namun juga buruk. Baik karena kebiasaan tersebut menciptakan kesan kepemilikan tradisi bersama dan buruk walaupun tak mencederai tradisi karena Tradisi Megolo atau Meusu (red:rebutan). Tradisi ini diumpakan siapa cepat siapa dapat, mengharuskan setiap orang berlomba-lomba mendapatkan makanan yang ingin dipilihnya.
Tak peduli muda ataupun tua, tiap orang akan ikut serta Megolo. Kadangkala, anak kecil yang tak kebagian makanan karena kalah cepat dan tangkas akan menangis kepada orang tuanya atau orang tua yang dengan bangganya memegang banyak makanan sambil terkeuh-kekeuh.
Pemandangan seperti ini lumrah adanya dan tidak ada kesan mengintimadasi walaupun tak kebagian pegolo’a (berebut). Biasanya, ibu-ibu yang bertugas mengatur makanan juga memberikan aneka kue yang dibungkus dan dibagikan kepada setiap orang sebelum kembali ke rumah masing-masing.
Zaman berubah dan tak sedikit tradisi maulu mengalami perubahan. Dulu Bunga Male hanya berisi telur, kina melene dongka, dan kado katoa. Kini, di beberapa tempat, uang juga ditambahkan. Entah siapa yang pertama kali melakukan dan motif apa yang melatarbelakangi pergeseran tradisi ini. Namun satu hal yang pasti, penambahan uang pada bunga male hanya akan menimbulkan banyak kemudaratan.
Berkaca pada Tradisi Megolo dengan telur sebagai sasaran utama, sesuatu yang dapat dibagi dengan suka rela dan dimakan secara bersama-sama, maka dengan uang akan menciptakan kekacauan, uang adalah sumber dari segala masalah dalam banyak hal dan bisa datang dari banyak kalangan ataupun usia. Tradisi Megolo bukan tidak mungkin akan berubah menjadi tradisi yang menakutkan, jika setiap orang menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian baru, untuk membeli suatu kebutuhan baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Akibatnya, dapat disaksikan sebelum doa selesai dibacakan, anak-anak sudah berlari ke Bunga Male. Selain itu, Maulu yang harusnya diikuti hikmat agar orang-orang dapat mengerti keutamaan perayaan maulu hanya akan fokus pada Bunga Male. Maksud hati ingin memikat banyak orang tentang hikmah Maulu, namun nyatanya hanya menciptakan kekacauan.
Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bukti kecintaan umatnya. Namun apalah arti dari sebuah cinta jika umatnya masih lalai dalam beribadah, bid’ah, dan syirik kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecintaan kita kepada Nabiullah Muhammad SAW tak hanya harus dibuktikan dengan merayakan maulid namun yang terpenting adalah menjalankan syariat islam sesuai ajaran nabi. Itulah bukti cinta sesungguhnya !
Selamat merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, semoga kita senantiasa dapat mengambil pelajaran penting dari setiap kisah junjungan kita, junjungan semua umat Muslim di muka bumi.
Discussion about this post