Kamputo.com,Morowali- Sebagai upaya dalam mempertahankan keidentitasan Tobungku (red: orang Bungku) di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, dan dalam rangka mendukung suskesnya kegiatan musyawarah adat yang akan digelar pada akhir Juni mendatang, Kamputo.com menggelar diskusi publik dengan tajuk “Raja-raja dan Struktur Birokrasi Pemerintahan Kerajaan Bungku”. Kegiatan yang digelar secara virtual itu dibuka langsung oleh Bupati Morowali, Drs. Taslim di ruangan Media Center Kantor Bupati, Fonuasingko, Kec. Bungku Tengah, Minggu (13/6).
Selain Bupati, Kepala Bidang Kebudayaan, Ketua Komisi 1 DPRD Morowali, keturunan Raja Bungku dari Ahmad Hadie, Abdurrabbie, dan Razak juga hadir dalam sesi diskusi yang berlangsung selama ± 3 jam tersebut.
Dalam sambutannya, Bupati Morowali menyampaikan perlunya penelurusan lebih lanjut mengenai sejarah kerajaan bungku yang selama ini belum terdokumentasikan dengan baik. Selain iti, ia juga mendukung penuh kegiatan yang berfokus pada penguatan identitas masyarakat Bungku yang saat ini mulai terdegradasi.
“Sejarah Kerajaan Bungku selama ini terbelenggu oleh tradisi lisan yang sudah sangat mengakar di kalangan masyarakat Bungku. Padahal, tradisi lisan rentan terhadap distorsi atau kekeliruan pemaknaan, sehingga penelusuran sumber dan kritik data sangat penting dilakukan”, ujarnya.
Hadir sebagai pembicara, Dosen Sejarah Institut Agama Islam Negeri Kota Palu, Mohammad Sairin yang menjabarkan jumlah Raja Bungku yang pernah memerintah dan stuktur birokrasi pemerintahan Kerajaan Bungku dari zaman kerajaan hingga sekarang. Ia juga memaparkan fakta bahwa jumlah Raja Bungku yang memerintah berdasarkan tradisi lisan, berbeda dengan tradisi tulis. Tradisi lisan selama ini mengatakan bahwa jumlah raja Bungku berjumlah 13 orang sedangkan tradisi tertulis menyebutkan 24 orang.
Pembicara selanjutnya adalah Pemerhati Sejarah Kerajaan Bungku, Moh. Yasir atau lebih akrab disapa Yasher Sakita yang membahas tentang posisi Kerajaan Bungku berdasarkan peninggalan arkeologis. Dalam penjelasannya, Yasher memaparkan data terkait keberadaan Bungku berdasarkan catatan para penjelajah Eropa yang kemudian dia rekonstruksi melalui tinggalan arkeologis dari Kerajaan Bungku. Salah satu hal yang ia tekankan adalah bahwa Masjid Tua Bungku pertama yang selama ini dipercayai berlokasi di Kelurahan Marsaoleh nyatanya berada di Desa Lanona.
Diskusi publik yang digelar oleh Kamputo.com merupakan diskusi kedua yang digelar. Sebelumnya pada Oktober 2020, Kamputo.com juga menggelar diskusi publik terkait sejarah Bungku yang dibuka dan dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Morowali, Dr. H. Najamuddin, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
Discussion about this post