Bagi masyarakat Bungku, lagu Orua Kuluri (Dua Nuri) sangat dikenal hampir semua lapisan usia masyarakat. Pada masanya, dari kalangan anak-anak yang baru saja belajar nyanyi hingga orang tua, dipastikan hafal lagu ini. Jauh sebelum hari ini, lagu Orua Kuluri tetap asyik dinyanyikan tanpa diiringi alat musik. Karena itu lagu ini menjadi cepat melekat dalam ingatan dan bisa segera dihafal. Liriknya yang filosofis menjadikanya viral versi jamannya, bukan di timeline Facebook, Youtube, Joox Top Chart, atuapun di Playlist Spotfy. Lagu ini mengalun di panggung-panggung orkes kampung, di samping ayunan saat sang Ibu meneninabobok bayinya, dinyanyiakan di ladang padi, hingga di atas sampan saat nelayan mencari ikan di tengah lautan..
Bukan sekadar lagu, Orua Kuluri memiliki kedalaman makna yang kuat. Sepintas, lagu ini terasa sekadar menceritakan romansa asmara sepasang kekasih. Namun, sebenarnya lebih jauh dari itu, Orua Kuluri menyimpan pesan bagi kehidupan sosial masyarakat. Lagu ini bercerita tentang hidup yang selaras, juga tentang persatuan.
Baiklah, berikut lirik dalam refrain lagu Orua Kuluri:
“Nouo Orua Kuluri, Kinitangku Mehori tumimpa, Mengkenaomo tade tadendo, metimba hina sisalano mekooako banasabe.” (Aku melihat dua burung nuri, hinggap berdekatan di rating pohon, keduanya sama tak ada beda, terlilit benang sebagai ikatan)
Lirik pertama pada refrain lagu ini menyajikan sebuah metafora tentang hidup setimbang dan setara. Saya selalu bertanya-tanya, apa sebenarnya motivasi utama Guru Yusuf mencipta lagu ini, dengan kedalaman makna yang menyerupai lagu Imangine karya John Lennon? Entahlah. Hanya Guru Yusuf dan Tuhan yang tahu. Mungkin juga istri Guru Yusuf tahu, kalau misalnya Guru Yusuf sempat cerita ke istrinya, mengkin juga tetangga rumahnya tahu. Serba mungkin. Masih misteri.
Tapi Tunggu. Kenapa nama John Lennon dibawa-bawa dalam tulisan ini. Sejak kapan John Lennon jadi orang Bahoruru? Bukan itu pointnya. Kita akan ulas belakangan. Mari kita beranjak ke lirik berikut:
“…Manasa koa moikono, keto petimba mesansafa, safa Orua tepe asa, tepe asa melimbuino kana kuluri kinitangku.” (Alangkah indahnya bila kita hidup satu hati, dua hati berbeda menyatu, seperti burung nuri yang terlihat saling mengasihi itu)
Sekarang, mulai ada gambaran bahwa Guru Yusuf, bukan lah pencipta lagu biasa. Ada kebajikan tersimpan dalam karya-karyanya. Pada penggalan lirik di atas Guru Yusuf sedang berimajinasi tentang suatu tatanan masyarakat yang hidupnya berdampingan, rukun, berbagi ruang hidup dan saling mengasihi.
Bagi orang Bungku lagi, terjemahan yang saya buat ini mungkin dianggap agak melenceng dari sekadar tinjauan etimologi. Namun, yang namanya seni, kata selalu menyimpan kedalaman makna. Seperti kata Ivan lenin, “Setiap kata itu Netral. Tafsir manusia yang membuatnya memihak”. Nietze juga pernah bilang, “Kata hanya selubung yang tidak dapat mewakili realitas yang ingin diungkapkan”. Itu yang jadi alasan mengapa terjemahan ini sebenarnya ingin memahami lebih dalam tentang kehendak yang ingin disampaikan Guru Yusuf dalam bait-bait canggihnya.
Bagimana dengan Lennon yang sebelumnya sudah dibahas? Mari lihat instrumen cocokologi bekerja. Hahah. Sebenarnya bukan cocokologi utuh juga, hanya saja sepatutnya sudah naik level sebagai komparasi yang bisa dimaklumi (untuk tidak disebut pembenaran). Apa itu? Kedua Orang ini berkarya dalam semangat kemanusian. Baik Lennon maupun Guru Yusuf sama-sama mengimajinasikan suatu tatanan kehidupan yang damai.
Berikut potongan lirik lagu Imagine:
“…imagine all the people, living life in peace.” (Bayangkan Semua orang, menjalani hidup dalam damai)
“ …I hope somenday you’ll join us, and the world will be as one.” (Kuharap suatu saat kau akan bergabung dengan kami dan dunia akan bersatu)
Lagu Imagine menceritakan tentang harapan sebuah tatanan kehidupan yang damai, di mana umat manusia menyatu, tidak saling memandang perbedaan-perbedaan identitas, negara, atau perbedaan tentang kayakinan, hingga perbuatan baik yang pamrih akan surga maupun neraka.
Nah, sampai di sini (seharusnya) kita sudah dapat mentoleransi beberapa kesamaan yang terkesan dipaksakan dari kedua lagu ini. 😀
Ditinjau dari tujuan-tujuan industri musik komersial, memang Lagu Orua Kuluri bukanlah lagu yang akan laku di pasar global selayaknya Imagine yang mendunia. Apalagi memginginkan lagu ini menjadi salah satu Original Soundtrack salah satu film ternama sperti Guardian of The Galaxy, atau Fast and Farious. Bukan. Bukan itu tujuan dari penyamaan kedua lagu ini. Sebagaimana lirik musik sebagai bahasa jiwa si pencipta. Ua (kakek) Plato pernah bilang “Music is a Moral Law.” Musik adalah hukum moral. Kedua pencipta lagu ini benar-benar ingin mengingatkan kita pada nilai kemanusiaannya, yaitu lewat seni, mereka berpesan tentang sebuah kehidupan yang damai.
Kita mungkin bertanya-tanya, bagimana bisa seorang John Lennon dari Liverpool inggris sana dan Guru Yusuf dari Labua di sudut timur Indonesia, bisa memiliki imajinasi yang sama tentang persatuan umat manusia? Kita bisa berspekulasi dengan anggapan umum, bahwa semua manusia benar bersaudara.
Di alam bawah sadar manusia, kita kembali pada keaslian kita sebagai manusia yang menghendaki kebebasan sekaligus kedamaian. Lennon yang berasal dari Ras Kaukasoid Inggris Raya ataukah kita dengan garis keturunan Melayu Mongoloid, semua sama bersaudara. Demikian pula Kuluri (Nuri) dengan beragam jenis kuluri lain dibelahan dunia ini, mereka tetap lah satu Kuluri.
Discussion about this post