Apakah Covid-19 adalah jelmaan malaikat pencabut nyawa? Mengerikan sekali. Tapi kok rasanya semakin ke sini orang-orang kian dibikin panik sama jenis mahluk mikroskopis satu ini. Kepanikan itu tak lain tak bukan karena tiap saat masyarakat disuguhi data di mana nyaris setiap hari lebih banyak jumlah yang meninggal ketimbang yang sembuh di Indonesia. Pun, peningkatan kasus positif yang semakin meroket.
Apakah semua kematian itu semata ulah Covid-19? Jawabannya tentu saja tidak. Bukankah kita tahu persis jika beberapa kasus kematian itu karena mereka memiliki riwayat penyakit kompleks yang mematikan lainnya. Tapi juga, ini bukan berarti peran Covid-19 tidak ada. Tentu saja Covid-19 mempercepat proses pengrusakan beberapa sel dalam tubuh sehingga mengakibatkan proses kematian yang lebih cepat.
Dan, yang membikin tambah panik lagi soal Covid-19 ini, adalah vaksinnya yang sama sekali belum ditemukan. Sekali lagi, belum ditemukan. Apakah kalian percaya bahwa vaksin Covid-19 belum ditemukan? Sebetulnya, saya orang yang tidak begitu percaya dengan itu. Menurut saya, Vaksin Covid-19 sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan. Hah…?!
Bagaimana bisa?
Oke. vaksin itu bukan penyembuh ya. Silakan berselancar ke beberapa artikel yang mengurai tentang apa itu vaksin. Di sana secara umum dijelaskan bahwa vaksin adalah sesuatu yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Sedang kita tahu bahwa Vitamin C, B6, dan E menjadi salah satu produk terbaik dalam peningkatan kekebalan tubuh. Tahu Vitamin C, B6, dan E kan? Itu bisa kita peroleh dari berbagai macam bahan makanan yang ada disekeliling kita seperti ikan tuna, buncis, bayam, kacang tanah, alpukat, jambu biji, jeruk, pepaya, dan lemon.
Apalagi yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh? Adalah perasaan yang bahagia, tenang, percaya diri, dan sebangsa lainnya. Itulah mengapa kita diminta untuk tidak panik secara berlebihan. Waspada dan tetap berhati-hati itu harus, tapi panik jangan. Jaaaangan…!!! Covid-19 itu tidak rentan sama yang usia renta, tapi dia rentan kepada siapa saja yang panik dan mempunyai ketakutan berlebihan.
Apa yang menyebabkan kepanikan? Adalah Informasi. Siapa pelakunya? Siapa lagi kalau bukan saya, kamu, mereka, kita, dan siapa saja yang berpotensi untuk menyebarkan informasi. Cukup Covid-19 yang menjadi musuh, kita jangan lagi membantunya dengan menebar kepanikan dan ketakutan karena ketidakhati-hatian kita dalam menyebar berbagai informasi yang belum pasti kebenarannya, apalagi jika berita bohong alias HOAX.
Tapi bukan berarti kita menganggap remeh virus ini ya. Itu juga tidak dibenarkan. Kenapa ? Karena jenis virus ini menular. Boleh jadi kamu mampu melawan virus ini, tapi tidak pada orang di sekitarmu. Setiap orang memiliki sistem imun yang berbeda-beda. Sehingga kalau kamu punya imun yang kuat, bukan berarti kamu tidak perlu social distancing (jarak sosial) dan physical distancing (jarak fisik).
Di dalam lingkungan masyarakat kita, status Orang Tanpa Gejala (OTG) akan lebih berbahaya ketimbang Orang Dalam Pengawasan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Pasien Positif. Mengapa ? Ibarat perang, OTG adalah musuh yang tidak terlihat, tapi setiap saat menyerang dari arah yang kita tidak pernah tahu. Sementara semua orang memiliki potensi untuk menjadi OTG. Makanya jangan sombong, tetap lakukan social distancing dan physical distancing, isolasi atau karantina diri sesuai Standar Operasional yang berlaku.
Covid-19 ini canggih. Mereka yang merasa sehat dan kuat dijebak untuk menjadi dua hal: Pertama, sebagai penyerang psikis bagi orang-orang yang berstatus ODP, PDP, Suspect dan Positif. Kita paham benar bagaimana hari-hari kita belakangan ini di bombardir dengan stigma-stigma yang boleh dibilang juga begitu mematikan. Kedua, secara tidak sadar bisa menjadi sebagai pabrik yang memproduksi penyebaran virus.
Tidak ada yang paling ampuh melawan virus ini selain daripada antibodi dan kesadaran yang ada pada diri setiap manusia. Sehingga kalau ditanya apa vaksin Covid-19? Itu ada dalam diri setiap orang. Vaksin itu sudah ada bahkan sebelum kita mengetahui Covid-19.
Mari saling menjaga, bukan menakut-nakuti. Mari saling memberikan dukungan, bukan malah memberikan stigma mematikan. Kita tahu bahwa ada yang sembuh dari Covid-19. Mereka sembuh bahkan ada yang tanpa penanganan khusus selain memperbaiki sistem imunnya saja. Sehingga ketika ditanya, di mana kita bisa memperoleh vaksin Covid-19? Sekali lagi, jawabanya ada pada diri setiap manusia. Ada pada pikiranmu, pada kesadaranmu, pada pengetahuanmu dan pada rasa kepedulianmu.
Di situasi yang berat seperti sekarang ini, semua orang diberikan dua pilihan. Menjadi toksin atau menjadi vaksin untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Vaksin tidak melulu berasal dari ciptaan tenaga dan ahli kesehatan. Kali ini kita semua bisa mengambil peran dan membantu tenaga kesehatan untuk meramu vaksin tersebut. Kali ini, kepanikan dan ketakutan adalah kunci.
Tetaplah optimis. Dan terakhir, hemat saya ini bisa menjadi resep meramu vaksin itu. Sebagaimana meme yang banyak beredar di luar sana tentang perkataan Avicenna alias Ibnu Sina: Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.
Don’t forget always keep Imun dan keep Iman, Teha. Smile… 😉
Discussion about this post