Kalau bicara soal Morowali, tidak jauh-jauh, pasti yang muncul dalam percakapan publik termasuk orang Morowali itu sendiri, adalah Sumber Daya Alamnya yang kaya raya. Yakan, Teha? Tapi sebelum itu, tahu tidak sebetulnya Sumber Daya Alam (SDA) itu apa? dan bagaimana korelasinya dengan Sumber Daya Manusia (SDM)?
Nah, mari kita kupas (walau tidak tuntas) soal ini setajam omongannya para Netizen… Hah, garing!!!
Baik. Untuk membicarakan soal SDA dan SDM ini, kali ini saya tidak akan menggunakan referensi mainstream seperti yang sudah banyak kalian semua ketahui. Sebab kalo pakai referensI yang sama, nah untuk apa dong tulisan ini. Yekannn???
Saya, sederhana saja, akan menggunakan, saya menyebutnya: metode bongkar-pasang perasaan, eh maksudnya bongkar-pasang kata di sini. Atau bahasa lainnya: cocoklogi. Apakah cocoklogi itu tidak boleh? ya boleh dong, asal ia tidak mencederai nilai-nilai rasionalitas dan akal sehat. Kemudian, tujuannya juga jelas dan tentu saja baik.
Langsung saja!
Sumber Daya Alam (SDA). Cenderung kebanyakan orang akan memahami bahwa SDA itu lebih kepada orientasi eksistensi alam ini. Maksudnya, cenderung manusia akan berpikir kira-kira begini: Bahwa SDA itu berarti bicara soal apa yang akan disumbangkan alam pada kehidupan. Nah, Apakah itu tepat? Kita cek kembali.
Perhatikan. Di sana ada sebuah diksi: sumber dan daya. Sumber berarti asal. Sementara daya, berarti kekuatan. Jadi, Sumber Daya Alam itu dengan kata lain, sumber atau asal kekuatannya alam. Nah, bicara soal SDA seharusnya yang lebih dulu kita akan bicarakan, yakni Sebab, barulah kemudian beranjak pada soal Akibat. Dan, memahami SDA sebagai apa yang akan disumbangkan oleh alam, itu sudah masuk pada tahapan akibatnya.
Sampai di sini, kira-kira sudah bisa paham? Sudah kan? Oke, Lanjutttt Pak Ekooo…
Sekarang, maka lebih dahulu kita masuk pada pembahasan sebab, atau asal, atau sumber, kekuatan/daya dari alam itu. Dari manakah sumbernya, pemirsa? Begini. Sebagai umat Islam yang keislamannya masih patut untuk diragukan, di sini saya ingin mengutip satu ayat dalam Al-Quran:
“….Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…” (Q.S. Ar-Rum : 41)
Saya tidak ingin sedang menafsirkan ayat suci itu dengan kemauan sendiri. Cuma yang mau saya ucapkan begini, jika kerusakan itu lebih banyak disebabkan oleh tangan manusia, artinya benar kemudian apabila manusia juga punya peluang yang sama untuk menjaga alam tersebut. Alias tidak membuat kerusakan.
Artinya apa, pada diri manusia itu, di situlah tersimpan Sumber Daya Alam yang sebenarnya. Artinya lagi, alam begitu menaruh harapan yang besar kepada manusia untuk terus menjaga kelestariannya, menjaga ekositemnya, kestabilannya, dan lain sebagainya sebagai kekuatan alam itu sendiri. Artinya lagi… Ah, talalu banyak artinya. Ko bacami bae-bae supaya paham. Hehehe
Oh iya, tentu kalian juga akan bertanya-tanya: Terus yang dimaksud dengan kekuatan alam itu bagaimana, Ama Sau? Begini, Pole…
Saya memahami seperti ini. Bahwasanya kekuatan atau daya alam itu berhubungan langsung dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Maksudnya? Ya, di sini baru kemudian kita akan bicara soal akibat dari SDA seperti yang saya sampaikan di atas tadi.
Sebagaimana pengertian kita soal SDA, Sumber Daya Manusia juga berarti kita bicara soal sumber, asal, sebab, dari mana datangnya kekuatan manusia itu. Dan pastinya, kekuatan manusia itu akan bermuasal dari apa saja yang akan dan telah masuk ke dalam perutnya: Makan dan Minum.
Bahwa manusia setiap paginya tidak butuh energi dari harapan, lebih-lebih yang palsu. Melainkan ia perlu sarapan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, dan nutrisi serta gizi lainnya. Dan coba renungkan, dari mana ketersediaan itu semua? Tidak lain dan tidak bukan, yakni dari kekuatan alam itu sendiri melalui ikan-ikan yang hidup bahagia di laut dan sungai-sungai sana, dari padi yang tumbuh di sawah para petani, dari sayur-mayur yang asri diperkebunan, dan seterusnya.
Selama ini, dan telah menjadi semacam satu kesepakatan bersama, ketika mengucapkan kata Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, pikiran kita langsung bermuara pada apa yang akan diberikan alam atau manusia. Kita tidak sadar bahwa ada tahapan yang hilang sebelum bicara ke situ. Adalah bagaimana cara memperoleh daya atau kekuatan tersebut. Dan ini memang yang mula-mula harus dituntaskan sebelum jauh kita bicara soal apa yang bisa dilakukan dengan daya manusia tersebut.
Jadi, apabila ada Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, harusnya juga akan muncul kalimat, Hasil Daya Alam dan Hasil Daya Manusia. Sebab sumber dan hasil itu adalah entitas yang berbeda. Jangan dipukul rata. Makanya pemahamannya juga akhirnya babak belur.
Tidak sampai di situ saja. Alam juga punya kekuatan untuk membentuk etika dan estetika manusia. Paham? Pikir mi sendiri dulu. Capek juga menguraikan terus ini. Hahaha. Tapi saya cuma mau bilang begini, manusia saat ini punya tanggung jawab untuk menjamin supaya, terkhusus di Morowali, generasi selanjutnya masih tetap menikmati kekuatan alam yang lain seperti udara pegunungannya yang sejuk, matahari sunsetnya yang indah, tempat bermain yang leluasa dan ramah kepada mereka.
Discussion about this post