Sejak masa kampanye sampai tiga tahun periode kepemimpinan bupati terpilih Morowali 2018-2023, tag-line Morowali Sejahtera Bersama hampir selalu digaungkan di setiap kesempatan. Slogan tersebut juga turut mengisi tema pada momen perayaan Morowali ke-21 tahun pada Desember tahun lalu, “Membangun Sumber Daya Manusia yang Unggul Menuju Morowali Sejahtera Bersama, Beriman, dan Bertaqwa”.
Suara-suara kritik dari berbagai elemen masyarakat mulai terdengar riuh, mempertanyakan tag-line Morowali Sejahtera Bersama tersebut kapan bisa terealisasi. Beberapa bahkan membandingkan antara kepemimpinan bupati dua periode sebelumnya. Parameter keberhasilan yang menjadi penilaian oleh mereka diukur dari pembangunan infrastruktur yang massif, sementara kepemimpinan bupati saat ini terkesan sunyi-senyap.
Tentu saja permasalahan kehidupan tak terbatas pada aspek ekonomi saja, tetapi juga mencakup pendidikan, politik, budaya, sosial, dan agama. Mendengar kata sejahtera, rasa–rasanya butuh kekuatan ekstra agar dapat merealisasikannnya bila menengok realitas permasalahan yang selalu muncul pada masyarakat Morowali saat ini. Namun, apakah sulit untuk mewujudkannya ? Tentu saja tidak karena kalimat bijak selalu mengatakan bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini.
Selama ini, pikiran normatif bahwa keberhasilan pembangunan sering dilihat dari seberapa mencolok pembangunan fisik masih menjadi pegangan. Padahal pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) adalah bagian dari pembangunan itu sendiri. Tiga indikator yang digunakan untuk menilai tercapainya sebuah kesejahteraan di antaranya PDRB (Penghasilan Domestik Regional Bruto), akses pendidikan, dan peningkatan kualitas kesehatan. Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling memengaruhi satu sama lain.
Lalu, apa sebenarnya yang telah dan masih akan dilakukan oleh Pemimpin Morowali sekarang untuk mewujudkan Morowali Sejahtera Bersama seperti yang getol dijanjikannya pada masa kampanye tiga tahun lalu?
Saya akan coba mengejewantahkannya dengan mengupas tag-line Morowali Sejahtera Bersama itu sendiri.
Pendidikan
Bupati Morowali menekankan bahwa dalam mewujudkan Morowali Sejahtera Bersama di bidang pendidikan, bantuan beasiswa bagi mahasiswa tidak hanya dilanjutkan namun akan ditingkatkan termasuk penambahan bantuan untuk S2 dan S3 bagi mahasiswa berprestasi dan tidak mampu secara ekonomi. Selain itu, Pemda telah melaksanakan rekrutmen tenaga pengajar berdasarkan kompetensi SD dan SMP, rehabilitasi sekolah dan ruang kelas, peningkatan kesejahteraan guru kontrak pada jenjang pendidikan SD dan SMP, bantuan sertifikasi Uji Kompetensi Guru, peningkatan SDM guru melalui Bimtek, penerapan aplikasi ruang guru, pembangunan SMK Pertambangan, pemberian bantuan hibah di Untad II Morowali, serta pemberian bantuan pendidikan kepada empat orang santri untuk melanjutkan pendidikan ke Hadramaut.
Eh, tapi kenyataan di lapangan tidak semulus yang dikatakan. Selama periode kepempimpinan Tahajjud, bantuan beasiswa pendidikan baru direaliasikan pada medio 2020. Yang lebih lucu lagi adalah tidak ada peningkatan bantuan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa S2 dan S3. Padahal, jumlah mahasiswa S2 dan S3 di Morowali sangat sedikit, bisa dihitung jari. Tetapi untuk pemberian beasiswa bagi anak daerah yang sedang menimba ilmu, Pemda Morowali masih hitung-hitungan. Untuk dana penelitian saja, mereka sama sekali tidak memberi dengan alasan klise yaitu defisit. Parah
Tantangan era revolusi industri 4.0 sejatinya tidak hanya disikapi dengan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan saja. Salah satu aspek paling penting adalah penguatan SDM yang memiliki kompetensi soft skill dan hard skill yang mumpuni. Melihat SDM Morowali yang masih kurang dan belum terasah, seharusnya Pemda mengalokasikan anggaran yang memadai demi terciptanya SDM yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing.
Kesehatan
Pemerintah daerah menjamin kesehatan ibu hamil, bayi, balita dan anak usia sekolah, menurunkan angka stunting, kematian ibu hamil dan bayi, membangun sarana dan prasarana kesehatan, rekrutmen tenaga kontrak kesehatan, pemerataan tenaga kesehatan, perbaikan kesejahteraan tenaga kontrak kesehatan, integrasi Jamkesda ke BPJS, dan peningkatan akreditasi RSUD menjadi RSUD rujukan.
Di bidang Kesehatan, keadaan Morowali sudah lebih baik. Angka stunting kian menurun setiap tahunnya. Bahkan kinerja Morowali dalam penurunan angka stunting mendapatkan penghargaan dari Gubernur Sulawesi Tengah sebagai daerah paling inspiratif dalam menekan angka stunting di Sulawei Tengah. Sayangnya, kebanyakan septic tank di wilayah pesisir belum memenuhi standar sehingga limbah tinja langsung dialirkan menuju ke laut. Namun jika merujuk pada program kesehatan lainnya, langkah Pemda Morowali dalam peningkatan Kesehatan Morowali patut diacungi jempol.
Ekonomi
Pemerintah daerah telah melaksanakan pengembangan padi organik, pemberian bantuan alat dan mesin pertanian, pembangunan jalan tani dan jalan produksi, re-planting sawit, bantuan alat tangkap perikanan, bantuan perahu dan mesin bagi nelayan, bantuan keuangan 1 milyar rupiah satu kelurahan, pelatihan UMKM, pelatihan ketenagakerjaan bagi usia produktif, pemberian insentif pegawai sara dan masjid, serta peningkatan insentif penyapu jalan. Bahkan yang lebih membahagiakan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Morowali meningkat sebesar 14.51% yang merupakan perekonomian tertinggi se-Indonesia.
Namun, saya ingin menekankan bahwa kita jangan terlalu terlena dengan IPM Morowali yang tinggi. Di tempat lain tercatat tingkat pengangguran Morowali dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada 2019, tingkat pengangguran meningkat sebesar 3.03% dari 2.89% pada tahun 2018. Angka ini didapatkan karena meningkatnya jumlah penduduk yang tidak bekerja dan bersekolah.
Sadar atau tidak, generasi muda Morowali lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh perusahaan ketimbang melanjutkan pendidikan. Kalaupun melanjutkan pendidikan, mereka hanya sampai di jenjang mahasiswa S1 saja. Mereka yang berada di rentang usia 15-64 tahun dan tidak bekerja otomatis akan dikategorikan sebagai penganggur produktif. Dan kondisi tersebut dialami oleh Morowali saat ini.
Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur terpantau banyak difokuskan pada Kecamatan Bungku Selatan dan Menui Kepulauan. Pada kedua wilayah tersebut dibangun sarana air bersih, jalan, pemasangan jaringan listrik, dan lampu jalan. Di Kecamatan Menui Kepulauan misalnya, dibangun jalan sepanjang 29 km yang masuk ke dalam program multiyears. Selain itu, juga dibangun rumah layak huni yang bersumber dari APBD sebanyak 584 unit dan perumahan swadaya dari APBN sebanyak 483 unit.
Tapi tentu saja persoalan jalan secara umum di Morowali belum selesai. Masih ada beberapa daerah di Morowali yang belum tersentuh aspal dari zaman baheula sampai sekarang seperti jalan di desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir. Pada musim penghujan, jalan di desa tersebut akan dipenuhi oleh lumpur dan sebaliknya pada musim kemarau jalanan akan dipenuhi oleh debu.
Lain lagi dengan kondisi yang dialami oleh warga di Kecamatan Bahodopi yang menjadi pusat pertambangan. Jalan Trans Sulawesi yang merupakan jalan negara juga dipakai oleh pihak perusahaan sehingga jalan di wilayah ini selalu rusak, penuh debu, macet, dan acap kali terjadi kecelakaan lalu lintas. Tak hanya itu, akses jalan ke Pelabuhan Bungku pun demikian. Kalau orang Bungku bilang, jalannya seperti ranggina, lubang di mana-mana. Parah
Listrik ? jangan ditanya. Sampai sekarang masyarakat Morowali masih hidup dalam zaman Jahiliyah yang penuh dengan kegelapan. Mati lampu seakan menjadi pemandangan lumrah yang tiap hari menjadi teman hidup. Memang, permasalahan listrik dan jalan-jalan di Morowali tidak semuanya menjadi tanggung jawab Pemda, tapi Pemda pada dasarnya memiliki kewenangan di bidang regulasi sehingga persoalan seperti ini harusnya bisa diselesaikan.
Dan tidak bisa dimungkiri, merealisasikan segala janji-janji kampanye bukan perkara mudah. Apalagi mewujudkan Morowali Sejahtera Bersama laiknya mencari oase di tengah gurun. Sejahtera menjadi kata bias yang sulit untuk dirasakan, dilihat, dan diwujudkan apabila produk kebijakan kita masih dominan berpihak kepada pemodal karena tentu saja yang dapat menikmatinya hanya segelintir orang.
Apa yang dilakukan Pemda Morowali saat ini patut diapresiasi. Sebab di masa kepemimpinan merekalah, Morowali bisa terbebas dari utang hasil peninggalan dua periode kepemimpinan bupati sebelumnya. Bahkan yang lebih membahagiakan adalah, PDRB kian meningkat dari tahun ke tahun. Sayang, arah pembangunan baik fisik dan non-fisik belum terlalu dirasakan oleh masyarakat sehingga ini menjadi catatan bagi pasangan Tahajjud agar bisa sesegera mungkin merealiasasikan program-program kerja yang telah dijanjikan pada saat kampanye sebelum kepemimpinan mereka berakhir dua tahun mendatang.
Bukankah begitu teha ?
Discussion about this post